Tradisi Makepung: Balapan Kerbau yang Menjadi Identitas Budaya di Kabupaten Jembrana
**Tradisi Makepung: Balapan Kerbau yang Menjadi Identitas Budaya di Kabupaten Jembrana**
Makepung adalah tradisi balapan kerbau yang telah dilestarikan secara turun-temurun oleh masyarakat petani di Kabupaten Jembrana, Bali. Tradisi ini tidak hanya menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat setempat, tetapi juga telah berkembang menjadi daya tarik budaya dan wisata yang mendunia. Biasanya, balapan Makepung dilakukan saat musim tanam padi sebagai sarana hiburan, sekaligus sebagai bentuk rasa syukur atas hasil panen yang melimpah.
Sebagai simbol identitas Kabupaten Jembrana, Makepung memperkuat karakter daerah yang dulu dikenal sebagai “daerah buangan” bagi masyarakat ‘pembangan’. Kini, Jembrana dikenal sebagai wilayah yang heterogen dan lebih terbuka terhadap perubahan dibandingkan daerah lain di Bali.
Tujuan Tradisi Makepung
Tradisi Makepung memiliki berbagai tujuan penting, antara lain:
1. **Mensyukuri Hasil Panen:** Makepung merupakan ungkapan rasa syukur atas keberhasilan panen yang melimpah.
2. **Mempererat Persaudaraan:** Balapan ini berfungsi memperkuat hubungan antarwarga desa.
3. **Menunjukkan Semangat Pantang Menyerah:** Tradisi ini melambangkan ketangguhan dan semangat juang para petani.
4. **Mendukung Sektor Pertanian dan Peternakan:** Makepung turut mendukung sektor pertanian dan peternakan di Kabupaten Jembrana.
5. **Mencegah Alih Fungsi Lahan Pertanian:** Dengan pelaksanaannya, tradisi ini berkontribusi dalam menjaga kelestarian lahan pertanian agar tidak dialihfungsikan.
6. **Melestarikan Budaya Lokal:** Makepung merupakan wujud nyata pelestarian warisan budaya khas Jembrana
.
Sejarah dan Perkembangan Tradisi Makepung
Tradisi Makepung diperkirakan mulai dikenal pada tahun 1920-an. Pada awalnya, balapan kerbau ini dilakukan di sawah, dan mulai berkembang sekitar tahun 1930-an. Dalam balapan, setiap *lampit* (kereta kayu) ditarik oleh dua ekor kerbau, sementara seorang joki duduk di atasnya untuk mengendalikan kerbau.
Para joki mengenakan pakaian tradisional yang menyerupai busana prajurit kerajaan Jembrana pada masa lalu. Mereka memakai *destar*, *selendang*, *selempod*, celana panjang, serta *saput poleng* (kain bermotif hitam-putih), dan biasanya bertelanjang kaki. Selain itu, joki juga membawa pecut sebagai alat untuk memacu laju kerbau.
Kini, Makepung tidak hanya berfungsi sebagai hiburan lokal, tetapi juga telah menjadi atraksi budaya yang menarik perhatian wisatawan, baik lokal maupun mancanegara. Atraksi balapan yang unik dan menarik ini menambah daya tarik Kabupaten Jembrana sebagai destinasi wisata yang kaya akan tradisi dan kearifan lokal. Tradisi Makepung yang masih kokoh dijaga ini menjadi pusat perhatian para wisatawan karena keunikan dan kekhasan yang ditawarkan.