Nyoman, Dua Dekade Menjaga Tradisi Lewat Api, Tawa, dan Gerak

Seorang seniman Bali bernama Nyoman menampilkan aksi seni dengan api, memperlihatkan ekspresi penuh tawa dan keteguhan hati.
Nyoman menunjukkan bahwa budaya Bali mengalir kuat dalam diri warganya. Dengan api, tawa, dan keteguhan hati, para seniman menjaga warisan seni. (Foto: Mahendra)

Nyoman telah menekuni seni kecak sejak muda. Ia lahir dan dibesarkan di Desa Kutuh, sebuah desa yang kuat dengan tradisi dan kehidupan seni.

Banjar tempat ia tinggal menjadi ruang pertamanya mengenal dunia tari. Di sana, ia belajar ritme, suara, dan gerak, hingga akhirnya menemukan panggilannya pada karakter Hanoman.

Seiring waktu, kemampuan dan dedikasinya membawanya tampil di berbagai panggung. Saat ini, ia rutin menari di Bali Collection setiap hari Minggu.

Sementara di Pantai Pandawa, ia tampil berdasarkan permintaan, jika penonton membludak, dalam satu minggu ia bisa beberapa kali naik panggung.

Di Pandawa sendiri, ia sudah lama terlibat, meski jadwal tampil secara teratur baru berjalan tiga tahun terakhir.

Tantangan Atraksi Api dan Jejak Luka Seorang Hanoman

Dua puluh tahun menari bukan tanpa cerita. Salah satu pengalaman paling membekas bagi Nyoman adalah ketika ia terbakar api di tengah pertunjukan.

Dalam lakon kecak, Hanoman memegang peran penting dengan atraksi ikonik: dikelilingi api, menendangnya, hingga sesekali menggenggamnya sebagai bagian dari dramatik adegan pembakaran.

Meski penuh risiko, Nyoman menjalani semuanya sebagai bentuk totalitas. Baginya, rasa sakit bukanlah penghalang untuk memberikan yang terbaik.

Atraksi api menjadi bukti bagaimana seni tradisi Bali tidak hanya membutuhkan teknik, tetapi juga keberanian, kesabaran, dan keyakinan mendalam terhadap peran yang dibawanya.

Baca juga:
🔗 Upacara Potong Gigi: Tradisi Sakral Bali

Hanoman sebagai Identitas dan Upaya Menjaga Budaya

Kini, karakter Hanoman telah melekat menjadi identitasnya. Nyoman tidak sekadar menari; ia menjelma menjadi tokoh kera putih yang lincah, nakal, dan penuh daya hibur.

Ia kerap membuat penonton tertawa dengan tingkah jahil khas Hanoman, sesuatu yang sangat dinanti terutama oleh anak-anak. Banyak penonton kecil yang dengan antusias mengabadikan momen foto bersama “Hanoman asli”.

Bagi Nyoman, inilah esensi dari seni tradisi: menghidupkan kembali kisah lama melalui gerak tubuh, ekspresi, dan interaksi dengan penonton.

Seni bukan hanya hiburan, tapi juga jembatan budaya. Para penari seperti dirinya menjadi penjaga tradisi, memastikan warisan leluhur tetap hidup di hati masyarakat dan wisatawan.

Kisah Nyoman memperlihatkan bagaimana budaya Bali mengalir kuat dalam diri setiap warganya.

Melalui api, tawa, dan keteguhan hati, para seniman menjaga seni pertunjukan tetap bernyala, seperti nyala kecil yang terus mereka bawa dari generasi ke generasi.

Penutup: Budaya Bali adalah Napas Kehidupan

Kisah Nyoman adalah potret sederhana namun mendalam tentang bagaimana tradisi Bali bertahan bukan hanya karena upacara atau adat yang diwariskan, tetapi karena manusia-manusia yang menjaganya dengan sepenuh hati.

Dari panggung pasir Pantai Pandawa hingga gemerlap Bali Collection, dedikasi seorang penari seperti Nyoman mengingatkan bahwa budaya bukan sekadar tontonan, ia adalah napas kehidupan.

Selama masih ada mereka yang menari dengan ketulusan dan keberanian, warisan seni Bali akan terus hidup, menyala, dan menginspirasi generasi berikutnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *