Gianyar – Inspektur Polisi Satu (Iptu) Komang Iwan Setiawan, S.H. adalah sosok yang dengan mudah meninggalkan kesan hangat bagi siapa saja yang berbincang dengannya.
Senyumnya yang tulus, tawa ringannya, serta tutur katanya yang menenangkan, menjadikannya gambaran ideal dari sosok polisi yang diimpikan masyarakat hadir untuk melindungi, mengayomi, dan melayani.
Saat ini, Iptu I Komang Iwan Setiawan, S.H. menjabat sebagai Kepala Unit Sabhara di Polsek Gianyar.
Dalam kesehariannya, ia menjalankan tugas dengan ketegasan namun juga penuh empati. Dalam berbagai kesempatan, terutama saat menghadapi masyarakat, ia lebih memilih pendekatan komunikasi dan pengertian dibandingkan tekanan ataupun represif.
Pendekatan humanis inilah yang membuatnya tidak hanya dihormati sebagai atasan, tetapi juga disayangi oleh rekan sejawat dan masyarakat sekitar.
Keberadaannya di institusi kepolisian bukan hanya sebagai pelaksana tugas negara, tetapi juga sebagai pengingat bahwa di balik seragam dan pangkat, ada hati yang tetap menjunjung nilai-nilai kemanusiaan.
Baca juga:
🔗 Pisah Sambut Kapolres Gianyar: Momen Penuh Khidmat di Tengah Harapan Baru
Di sela-sela upacara pisah sambut Kapolres Gianyar yang baru, Iptu Komang hadir dengan seragam lengkap, turut menyambut pimpinan baru dengan semangat yang tak pernah luntur.
Dalam momen istirahat singkat, kami sempat berbincang dengannya sebuah pertemuan sederhana namun penuh makna.
Tanpa sekat, tanpa formalitas, beliau berbicara dengan bahasa kehidupan yang lugas.
“Apa yang kita cari dalam hidup ini? Lahir tidak membawa apa-apa, mati pun tidak membawa apa-apa. Hanya karma baik yg kita buat,” tuturnya tenang.
Kalimat itu terasa sebagai cermin dari perjalanan panjangnya dalam dunia kepolisian, penuh suka dan duka, tugas dan pengabdian.
Ia juga mengungkapkan kebanggaannya menjadi polisi, profesi yang telah membentuk karakter dan pola pikirnya selama puluhan tahun bertugas di berbagai wilayah di Bali.
Tak sedikit kisah yang ia simpan tentang keberanian, ketegasan, dan juga momen-momen menyentuh yang membuktikan bahwa menjadi polisi bukan sekadar profesi, tapi jalan hidup.
“Akhirnya kita semua akan pensiun dari peran ini. Dunia ini hanya panggung sandiwara, maka bijaklah memainkan peran kita,” katanya sambil tersenyum, seolah mengajak siapa pun yang mendengar untuk merenungi hakikat dari kehidupan yang dijalani.
Dengan usia yang semakin mendekati masa pensiun, Iptu Komang mulai menata kembali keseimbangan hidupnya.
Ia kini lebih sering menyisihkan waktu untuk berkebun, sebuah kegiatan yang menurutnya memberi ketenangan dan kedekatan kembali dengan alam.
Beberapa status media sosialnya memperlihatkan antusiasmenya dalam membudidayakan durian buah lokal yang memerlukan kesabaran dan ketelatenan untuk dirawat hingga berbuah.
Bagi Iptu Komang, berkebun bukan sekadar aktivitas fisik, tetapi juga bentuk kontemplasi.
Di tengah kesibukan sebagai polisi, merawat tanaman menjadi pengingat bahwa kehidupan berjalan dengan ritmenya sendiri ada saat untuk tumbuh, saat untuk berbunga, dan saat untuk kembali ke tanah.
Persiapan menuju masa pensiun bukan ia anggap sebagai akhir, melainkan awal dari perjalanan baru.
Setelah bertahun-tahun menjalani dinas dalam hiruk pikuk dunia kepolisian, kini ia bersiap menyambut masa tenang dengan membawa pengalaman hidup yang kaya dan pemahaman yang mendalam tentang arti pengabdian.
Iptu Komang Iwan Setiawan bukan sekadar seorang perwira polisi. Ia adalah cermin dari ketulusan, dedikasi, dan kebijaksanaan yang lahir dari pengabdian panjang.
Dalam senyum dan tawanya, tersimpan pesan bahwa menjadi manusia yang baik adalah pangkat tertinggi yang bisa kita raih dalam hidup.