Sapaan Pagi dari Koramil Kuta: TNI yang Dekat dan Mendoakan Rakyat

Gedung Koramil 1611-03-Kuta yang menjadi pos komando pengamanan wilayah Kuta dan sekitarnya.
Koramil 1611-03-Kuta merupakan salah satu pos komando yang bertugas menjaga keamanan dan ketertiban di wilayah Kuta dan sekitarnya. (Foto: Dokumentasi)

Kuta, Bali – Di tengah kesibukan menjaga stabilitas wilayah yang dinamis seperti Kuta, terselip sisi lain dari kehidupan seorang prajurit TNI yang kerap luput dari sorotan media sisi humanis yang penuh kepedulian.

Pagi ini, sebuah pesan singkat dari Mayor Arm I Putu Arimbawa, Danramil 1611-03/Kuta, menjadi pengingat akan hal itu.

“Selamat pagi…
Semoga diberkahi kesehatan, rezeki, dan dimudahkan segala tugas serta urusan hari ini. 🤲🤲🤲🙏”

Ucapan sederhana ini tidak datang dari tokoh agama atau pejabat sipil, melainkan dari seorang tentara. Tanpa komando, tanpa seruan keras hanya doa yang tulus, penuh harapan, dan menenangkan.

Doa dalam Dinas: Sentuhan Humanis Seorang Prajurit

Bagi sebagian orang, sosok tentara kerap dikaitkan dengan disiplin ketat, barikade, dan seragam loreng.

Namun di balik semua itu, mereka tetap manusia yang memiliki hati, empati, dan kasih terhadap rakyat.

Mayor Arm I Putu Arimbawa menyampaikan: 

“Tugas kami bukan hanya menjaga keamanan, tetapi juga menjadi bagian dari kehidupan masyarakat.

Menyapa pagi dengan doa adalah cara kami memulai hari dengan harapan baik bukan hanya untuk diri kami sendiri, tetapi juga untuk warga yang kami cintai.”


Baca juga:
🔗 Senyum dan Ketulusan Karyawan Restoran di Pantai Sanur, Cerminan Bali yang Dirindukan

Koramil Kuta dan Masyarakat: Lebih dari Sekadar Pengamanan

Kuta bukan sekadar destinasi wisata terkenal, tetapi juga rumah bagi ribuan warga lokal dengan beragam dinamika kehidupan.

Di sinilah peran Babinsa menjadi sangat vital dari membantu menyelesaikan persoalan sosial, turut dalam kegiatan adat dan keagamaan, hingga hadir dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat.

Hubungan antara prajurit dan warga bukanlah hubungan vertikal, melainkan sejajar. Mereka hadir saat upacara kematian, ikut bergotong royong membangun balai banjar, hingga menyapa dan bercengkrama dengan warga saat patroli keliling desa.

Baca juga:
🔗 Gotong Royong dalam Upacara Keagamaan: Kekuatan Sosial dan Budaya Pulau Bali

Pesan Pagi yang Menyentuh: Cermin Jiwa Pengabdi

Pesan yang dikirim pagi ini mencerminkan bahwa menjadi prajurit TNI tidak semata soal disiplin dan senjata.

Ada ketulusan dalam setiap langkah pengabdian. Ada doa yang dipanjatkan demi keselamatan dan kesejahteraan bersama.

Di tengah derasnya arus informasi dan berita yang kerap menyorot sisi keras dunia, pesan ini hadir bak oase penyejuk mengingatkan bahwa masih ada aparat negara yang memulai harinya dengan mendoakan rakyatnya.


“Kami memang tidak sempurna, tetapi kami berusaha hadir dengan hati. Karena kami percaya, pengabdian sejati bukan hanya untuk negara, tapi juga untuk masyarakat,” ujar Serka Putu Arimbawa, sambil tersenyum tulus.


Baca juga:
🔗 Taksu Jiwa Seorang Ibu: Kodrat, Kesakitan, dan Kebahagiaan Melahirkan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *