Tren menikmati kopi terus berkembang dengan berbagai konsep kreatif yang mengutamakan pengalaman.
Salah satunya adalah gelombang copy cart, kedai kopi keliling berbasis kendaraan yang menawarkan fleksibilitas sekaligus kejutan rasa di lokasi tak terduga.
Di Bali, salah satu yang paling mencuri perhatian adalah copy cart yang menjadikan Karang Boma Cliff, destinasi ikonik di tepian Samudra Hindia, sebagai “rumah” tetapnya.
Di sini, para penjelajah tak hanya dimanjakan panorama tebing karang yang dramatis, tetapi juga secangkir kopi berkualitas yang menyempurnakan petualangan.
Baca juga:
🔗 Karang Boma Cliff: Surga Tersembunyi di Uluwatu untuk Sunset Spektakuler dan Suara Ombak Memukau
Selama dua tahun terakhir, copy cart ini setia berjaga di bibir tebing, menjadi oasis penyegar bagi wisatawan yang baru saja menjelajahi keindahan alam sekitar.
“Konsep kami sederhana: menghadirkan kopi premium di tengah panorama premium,” ujar Kelvin, salah satu barista yang bertugas di sini sejak setahun lalu.
Lokasi strategisnya memungkinkan pengunjung menyesap kopi sambil meresapi keagungan alam, deburan ombak di bawah tebing, hembusan angin laut yang semilir, dan siluet perahu nelayan di kejauhan menjadi latar alami yang sulit ditandingi.
Kelvin merasakan langsung hangatnya sambutan pengunjung. “Antusiasme wisatawan luar biasa,” ujarnya.
Dua varian andalan menjadi primadona, Cappucino dengan busa susu yang lembut, dan Latte yang kaya rasa.
“Dua menu ini menyumbang hampir 70% penjualan kami. Baik wisatawan lokal maupun mancanegara selalu memuji aroma yang kuat dan rasa yang seimbang,” tambahnya.
Tak jarang, kedai mungil ini menjadi titik temu antar-traveler yang saling berbagi cerita sambil menyeruput kopi hangat.
Bagi Kelvin, bekerja di tengah gemuruh ombak dan hamparan langit biru bukan sekadar pekerjaan.
“Saya sangat enjoy menjadi bagian dari momen istimewa pengunjung. Melihat ekspresi puas mereka setelah menyeruput kopi sambil memandang laut… itu kepuasan tersendiri,” ungkapnya.
Ia juga terus bereksperimen dengan biji kopi lokal Bali untuk menciptakan inovasi rasa baru, tanpa menghilangkan karakter khas kopi Nusantara.
Baca juga:
🔗 Budaya Minum Kopi di Indonesia: Lebih dari Sekadar Menyeruput
Beroperasi di alam terbuka punya tantangannya sendiri. “Cuaca ekstrem adalah ujian terbesar,” kata Kelvin. Saat angin kencang atau hujan lebat, mereka harus menutup sementara demi keamanan.
Fluktuasi jumlah wisatawan di musim sepi juga berpengaruh pada penjualan. “Tapi dukungan komunitas dan pelanggan setia membuat kami bertahan. Banyak yang sengaja kembali ke Karang Boma hanya untuk menikmati kopi kami,” ujarnya.
Kehadiran copy cart ini telah menjadi bagian tak terpisahkan dari pengalaman berkunjung ke Karang Boma Cliff.
Hendra, wisatawan lokal asal Bali, mengaku: “Setelah trekking menanjak, meneguk latte hangat sambil duduk langsung menghadap tebing… itu seperti puncak dari seluruh perjalanan.”
Pemandu wisata lokal pun sering menjadikannya titik rehat favorit untuk para tamu. Tak heran, banyak yang pulang dengan bukan hanya foto indah, tetapi juga kenangan rasa yang melekat lama di ingatan, secangkir kopi yang menjadi penutup manis sebuah petualangan di tepi samudra.