Kisah Kehidupan Charles B. Siringo Ringo: Meniti Jalan di Bali

Ilustrasi perjalanan hidup yang dijalani dengan sabar selangkah demi selangkah hingga menemukan jalan keluar.
Menjalani setiap proses dengan sabar, selangkah demi selangkah, sambil percaya bahwa waktu akan membuka jalan keluarnya. (Foto: Moonstar)

Tidak pernah sedikit pun terlintas dalam benak Charles B. Siringo Ringo, pria kelahiran 24 Februari 1977, bahwa suatu hari hidupnya akan berlabuh di Bali.

Pulau yang dikenal sebagai surga wisata dunia itu awalnya hanya sebatas destinasi liburan dalam bayangannya, bukan tanah perjuangan di mana ia harus melewati pasang surut kehidupan.

Charles menempuh pendidikan dasar hingga menengah di Jakarta, lalu melanjutkan kuliah di Perbanas dengan jurusan Manajemen, serta Universitas Kristen Indonesia (UKI) mengambil bidang Hukum.

Dunia olahraga pun sempat ia tekuni. Dari tahun 1995 hingga 2010, ia dikenal sebagai pemain basket profesional di ajang Kobatama hingga IBL.

Setelah gantung sepatu, ia tetap aktif di dunia basket, bahkan dipercaya menjadi Ketua Badan Etik dan Hukum Perbasi Pusat periode 2019–2023.

Awal Perjalanan di Pulau Dewata

Babak baru kehidupannya dimulai pada April 2024, ketika seorang rekan mengajaknya bergabung dengan Magnum dan PT Samahita Umalas Prasada (PT SUP), sebuah perusahaan pengembang yang tengah merintis beberapa proyek hunian modern.

Salah satunya adalah The Umalas Signature, yang berlokasi di Jalan Bumbak No. 156, Umalas, Kerobokan.

Dengan semangat besar, Charles menerima kesempatan itu. Ia membayangkan bekerja di proyek The Umalas Signature akan menjadi karya monumental yang membawa manfaat bagi banyak orang.

Namun, kenyataan yang ia temui jauh dari dugaan. Belum lama berjalan, ia harus berhadapan dengan persoalan hukum yang membelit proyek tersebut.

Sebagai pendatang baru di Bali, situasi ini jelas mengejutkannya. Apa yang semula terlihat sederhana ternyata menyimpan kerumitan luar biasa.

Dua tahun terakhir hidupnya pun diwarnai sengketa, polemik, hingga tekanan dari berbagai pihak.

“Awalnya saya tidak pernah membayangkan bahwa masalah yang saya hadapi akan serumit ini. Tetapi justru dari situlah saya belajar arti kesabaran dan keteguhan hati,” ungkap Charles.

Baca juga:
🔗 Menjadi Nahkoda: Mengemudikan Kapal Kehidupan di Lautan Tantangan

Saat-Saat Sulit

Persoalan yang dihadapi Charles tidak hanya terbatas pada ranah hukum. Beberapa kali ia merasakan langsung kerasnya situasi di lapangan.

Saat hendak bekerja atau mengunjungi proyek The Umalas Signature, ia kerap mendapat penolakan, bahkan perlakuan tidak menyenangkan hingga diusir oleh sejumlah orang dan kelompok ormas yang menjaga area tersebut.

Namun, pengalaman pahit itu tidak membuatnya mundur. Ia sadar bahwa membangun sesuatu yang besar pasti disertai konsekuensi dan ujian.

Alih-alih menghindar, Charles memilih untuk tetap bertahan, menjalani proses selangkah demi selangkah dengan keyakinan bahwa waktu akan menyingkap jalan keluarnya.

Terbitnya Harapan

Kerja keras, doa, dan kesabaran akhirnya mulai membuahkan hasil. Juli 2025 menjadi titik balik penting, ketika ia akhirnya bisa kembali berkantor di The Umalas Signature.

Momen itu baginya bukan sekadar kembali bekerja, melainkan simbol kemenangan kecil setelah perjalanan panjang yang melelahkan.

Kini, Charles memandang pekerjaannya di Bali sebagai anugerah sekaligus kasih karunia dari Tuhan.

Tantangan bukan lagi dianggap beban, melainkan bahan bakar untuk terus belajar. Ia percaya, semakin besar masalah yang datang, semakin besar pula pelajaran dan hasil yang akan diperoleh.

Baca juga:
🔗 Keheningan: Jalan Pulang ke Dalam Diri

Filosofi Hidup

Dari semua pengalaman pahit dan manis, Charles menemukan pegangan hidup yang ia yakini hingga kini, percaya dan berserah kepada Yesus Kristus.

Menurutnya, ketika kita berjalan bersama Tuhan di jalan yang benar, sekalipun keadaan tampak buntu, pasti akan ada jalan yang terbuka.

“Bagi saya, hidup adalah tentang keyakinan dan iman. Kalau kita percaya pada Tuhan, maka jalan akan selalu ada. Dari pengalaman ini, saya belajar untuk lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan, terutama dalam bisnis. Semua ada waktunya, dan kesabaran adalah kunci,” tuturnya.

Hidup Sebagai Sebuah Perjalanan

Kisah Charles di Bali adalah cermin nyata bahwa hidup sering kali menghadirkan tantangan dan kejutan.

Ia datang ke Bali tanpa rencana besar, hanya mengikuti peluang yang ditawarkan. Namun, dari situ ia menemukan pelajaran berharga tentang ketekunan, kesabaran, dan arti perjuangan.

Bagi Charles, inti dari perjalanan hidup adalah bagaimana tetap fokus kepada Tuhan, bukan pada masalah dan kekhawatiran yang ada di depan mata.

Ia percaya, jika hati tertuju pada Tuhan, maka jalan keluar akan terbuka, bahkan dari arah yang tak pernah diduga.

Bali, yang awalnya hanya sekadar tujuan kerja, kini baginya menjadi tempat menemukan arti baru kehidupan, sebuah perjalanan untuk terus belajar, bertumbuh, bersyukur, dan mempercayai rencana Tuhan yang indah di balik setiap kejadian.

Baca juga:
🔗 Akar Kuat, Pohon Tegak: Pelajaran Hidup dari Alam

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *