UNGASAN, BALI – Pagi itu, langit di atas Ungasan, Kuta Selatan, diselimuti awan kelabu yang tebal. Sejak Rabu pagi (25/6/2025), hujan rintik mulai turun, menjadi pertanda nyata dari cuaca tak menentu yang kini mewarnai Pulau Dewata.
Memasuki masa pancaroba yang seharusnya mengarah ke puncak musim kemarau di bulan Juni, Bali justru diguyur kelembapan dan curah hujan yang lebih sering dari biasanya.
Hujan ringan dengan intensitas rendah hingga sedang terus mengguyur kawasan Ungasan sejak dini hari.
Hujan ini turun nyaris tanpa henti, hanya sesekali mereda sejenak sebelum kembali membasahi bumi.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat, hingga pukul 11.50 WITA, suhu udara mencapai 29°C hangat khas tropis, namun dengan kelembaban tinggi sebesar 79%.
Angin timur bertiup cukup kencang dengan kecepatan rata-rata 22 km per jam, menambah dinamika atmosfer pagi itu. Kombinasi suhu, kelembapan, dan hembusan angin ini merupakan ciri khas dari masa peralihan musim.
Meski hujan mengubah aspal menjadi cermin reflektif dan langit memudar dalam nuansa putih keabu-abuan, ritme kehidupan warga Ungasan tetap berjalan.
Jalanan utama dan gang-gang kecil tetap ramai oleh lalu lintas kendaraan. Aktivitas warga dari berangkat kerja, mengantar anak sekolah, hingga berbelanja kebutuhan harian berjalan tanpa hambatan berarti.
Payung warna-warni bermunculan di trotoar, sementara pengendara sepeda motor tampak sigap mengenakan jas hujan, baik model setelan maupun ponco. Beberapa pesepeda juga melengkapi diri dengan jaket tahan air.
“Sudah biasa sekarang. Akhir-akhir ini sering hujan dari pagi. Jas hujan selalu standby di bagasi motor. Kalau tidak, bisa masuk kantor basah kuyup,” ujar Ayu, seorang karyawan swasta yang sedang bersiap menuju tempat kerjanya di Jimbaran.
Ia menyebut cuaca belakangan ini tak menentu, sehingga jas hujan menjadi perlengkapan wajib sejak berangkat dari rumah di Ungasan.
Di tengah cuaca yang tak dapat diprediksi, warga menunjukkan kemampuan beradaptasi yang tinggi.
Pedagang kaki lima menambahkan pelindung terpal ekstra, pekerja bangunan dan petugas kebersihan memanfaatkan jeda hujan untuk bekerja lebih efektif.
Pelaku usaha pariwisata pun tetap beroperasi, meski awan kelabu dinilai dapat sedikit mengurangi pesona pantai.
Baca juga:
🔗 Menikmati Senja di Pantai Jimbaran yang Menenangkan
Menurut BMKG, pola cuaca pancaroba masih berlanjut di wilayah Bali Selatan, termasuk Kuta Selatan.
Potensi hujan ringan hingga sedang masih akan terjadi dalam beberapa hari mendatang, terutama pada sore hingga malam hari. Namun, hujan pagi seperti hari ini juga masih mungkin terulang.
Masyarakat diimbau untuk tetap waspada terhadap kemungkinan cuaca ekstrem, seperti hujan lebat disertai petir atau angin kencang yang bersifat sporadis.
Meskipun peluang terjadinya fenomena ekstrim di wilayah Ungasan saat ini dinilai rendah, langkah antisipatif seperti memantau prakiraan cuaca dan menyiapkan perlengkapan pelindung hujan tetaplah penting.
Di tengah langit yang masih enggan menampakkan birunya, semangat dan kesigapan warga Ungasan menjadi bukti bahwa kehidupan tetap bergulir tak tergoyahkan oleh rintik-rintik pancaroba yang menyapa bulan Juni.