Makna Sebuah Pertemanan: Dinamika, Keikhlasan, dan Waktu

Brigjen Pol (Purn) Dr. Drs. Adeni Muhan Daeng Pabali, M.M. duduk dalam suasana reflektif, mengenakan batik, tampak tenang dalam suasana non-formal.
Ketika jabatan dan posisi strategis itu berakhir, kehidupan pun ikut berubah terutama dalam hal hubungan antarmanusia. Brigjen Pol (Purn) Dr. Drs. Adeni Muhan Daeng Pabali, M.M. (Foto: Dokumentasi)

Oleh: Brigjen Pol (Purn) Dr. Drs. Adeni Muhan Daeng Pabali, M.M. Pertemanan dalam Perjalanan Hidup

Dalam perjalanan hidup, saya menyadari bahwa pertemanan tak selalu bertahan kadang hadir karena kepentingan atau manfaat tertentu.

Saat tidak lagi ada arah bersama, atau kesibukan menjadi alasan, hubungan pun perlahan merenggang.

Inilah dinamika hidup yang harus kita terima. Namun saya percaya, silaturahmi yang tulus tidak akan pernah sia-sia. Semua akan indah pada waktunya.

Lulus dari Akademi Kepolisian pada tahun 1990, saya memilih Korps Brigade Mobil (Brimob) sebagai ladang pengabdian pertama.

Perjalanan karier saya pun menanjak cepat dari jabatan sebagai Kasat Brimob hingga Karo Ops Polda Sulsel.

Semua itu menjadi bagian dari medan pengabdian yang menantang, yang menuntut ketegasan dan kecermatan dalam berpikir serta bertindak.

Namun, pada puncak karier yang menjadi dambaan banyak perwira berpangkat Jenderal sebuah posisi yang pernah saya emban saya justru belajar satu hal penting.

Ketika jabatan dan posisi strategis itu berakhir, kehidupan ikut berubah, terutama dalam hal hubungan antar manusia.

Di momen itulah saya menyadari bahwa dalam hidup, yang paling penting adalah menjaga semangat untuk terus membuka lembaran baru dan merawat hubungan yang tulus, tanpa pamrih.

Baca juga:
🔗 Silaturahmi Hangat Dua Sahabat Lama: Plt. Ketua DPD Hanura Sulsel Kunjungi Kapolrestabes Makassar

Pertemanan: Antara Realita dan Harapan

Sepanjang hidup dan perjalanan dinas saya, saya memahami bahwa pertemanan tidak selalu hadir dalam bentuk yang ideal.

Ada hubungan yang lahir dari kesamaan perjuangan, semangat, dan cita-cita. Namun, ada pula yang muncul karena alasan pragmatis kepentingan sesaat atau harapan akan keuntungan jangka pendek.

Ketika tidak lagi ada keterkaitan tujuan, atau salah satu pihak tidak melihat keuntungan yang sama, hubungan itu perlahan memudar.

Bukan karena permusuhan, tapi karena hilangnya benang merah yang dulu menyatukan. Saat seperti ini, kita belajar memilah mana pertemanan yang tulus dan mana yang sekadar transaksional.

Namun jangan berkecil hati, karena setiap hubungan tetap memberi pelajaran berharga.

Kesibukan Bukan Alasan untuk Melupakan

Kita tidak bisa mengabaikan bahwa perubahan dalam pertemanan seringkali terjadi karena pergeseran prioritas hidup.

Tanggung jawab keluarga, beban pekerjaan, atau bahkan perubahan kondisi mental dan emosional bisa membuat seseorang yang dulu dekat menjadi terasa jauh.

Ini bukan hal yang aneh, tapi bagian dari dinamika kehidupan yang harus dimaklumi.

Namun, saya percaya bahwa kesibukan bukan alasan untuk memutus tali silaturahmi.

Setidaknya, kita bisa menjaga niat baik dan menyisakan ruang dalam hati untuk tetap mendoakan dan menghargai keberadaan orang lain.

Jangan biarkan kesibukan membunuh kehangatan. Hubungan baik bisa tetap hidup, meski hanya dengan sapaan singkat atau doa dalam diam.

Keikhlasan Menjaga Nilai Silaturahmi

Saya meyakini bahwa silaturahmi yang dijaga dengan hati yang ikhlas tidak akan pernah sia-sia.

Meskipun ada perasaan kecewa atau ditinggalkan, kita tetap harus menjaga hati agar tidak larut dalam prasangka.

Karena dalam banyak pengalaman hidup saya, hubungan yang dulu tampak biasa saja bisa menjadi penentu takdir di masa depan.

Waktu punya cara sendiri untuk mempertemukan kembali orang-orang yang pernah saling menghargai.

Mungkin tidak dalam konteks yang sama, tapi dalam suasana yang lebih bijak dan dewasa.

Maka, jangan menutup pintu pertemanan, seberat apapun luka yang pernah kita rasa yang penting, kita menjaga ketulusan.

Karena apa yang ditanam dengan niat baik hari ini, pasti akan tumbuh dan berbuah pada saat yang paling tepat.

Baca juga:
🔗 Dari Kepentingan Menjadi Kedekatan Tanpa Jarak: Kisah Persahabatan Seorang Jurnalis dan Jenderal

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *