Menapaki Jejak Keindahan Gunung Rinjani: Dari Gerbang Sembalun hingga Danau Segara Anak

Seorang pemancing menikmati suasana di tepi Danau Segara Anak dengan latar Gunung Rinjani dan api unggun menyala.
Memancing di Segara Anak sangat mudah, ikan melimpah dan bisa langsung dinikmati bersama hangatnya api unggun (Foto: Moonstar)

Gunung Rinjani di Pulau Lombok bukan sekadar gunung bagi para pendaki,  ia adalah simbol keagungan alam dan spiritualitas Nusantara.

Berdiri megah dengan ketinggian 3.726 meter di atas permukaan laut, Rinjani memikat siapa pun yang melihatnya.

Perjalanan menuju puncaknya tak hanya menawarkan tantangan fisik, tetapi juga pengalaman batin yang tak terlupakan.

Gerbang Sembalun – Awal dari Sebuah Perjalanan

Gerbang pendakian Sembalun, yang terletak di Desa Sembalun, Lombok Timur, adalah pintu masuk paling populer menuju puncak Rinjani.

Di sinilah petualangan sesungguhnya dimulai. Jalurnya dikenal panjang namun landai, memberikan waktu bagi pendaki untuk menikmati panorama padang savana yang luas membentang sejauh mata memandang.

Rumput hijau bergoyang diterpa angin gunung, berpadu dengan udara sejuk dan suara alam yang menenangkan.

Namun, seperti halnya perjalanan menuju keindahan, jalur ini juga menyimpan ujian. Beberapa titik menanjak tajam dan menguji nyali.

Meski demikian, setiap langkah terbayar lunas oleh pemandangan spektakuler yang membuat siapa pun lupa akan lelah dan takut.

Baca juga:
🔗 Jejak di Atap Lombok: 3.726 mdpl Lebih Dekat ke Langit

Gerbang Torean – Jalur Ekstrem Nan Epik

Jika Sembalun dikenal karena keindahan savananya, maka Torean memikat dengan pesonanya yang liar dan alami.

Diresmikan sebagai jalur resmi pada April 2021, Gerbang Torean di Desa Torean, Lombok Utara, kini menjadi primadona baru bagi para pendaki petualang.

Banyak yang menjulukinya sebagai “Jurassic World-nya Rinjani”, karena pemandangannya yang begitu dramatis dan penuh misteri.

Jalur ini diapit oleh dua bukit besar, Plawangan Sembalun dan Plawangan Senaru, dengan jalan setapak yang menyusur tebing curam.

Meski tergolong ekstrem, panorama yang tersaji benar-benar memanjakan mata, perbukitan berlapis kabut, hutan lebat, lembah dalam, tebing megah, sungai belerang, kolam air panas, hingga air terjun alami yang seolah menyapa setiap langkah pendaki.

Baca juga:
🔗 Gunung Bromo: Harmoni Alam dan Budaya di Jantung Jawa Timur

Danau Segara Anak – Permata di Jantung Rinjani

Selepas menapaki jalur menantang dari Sembalun, para pendaki biasanya akan turun menuju Danau Segara Anak.

Terletak di Desa Lawang Sembalun, Kecamatan Sembalun, Lombok Timur, danau ini adalah salah satu keajaiban alam paling memikat di Nusa Tenggara Barat.

Nama Segara Anak berarti “anak laut” dalam bahasa Sasak, diambil dari warna airnya yang kebiruan menyerupai lautan.

Danau seluas 1.100 hektare dengan kedalaman sekitar 230 meter ini terbentuk dari aktivitas letusan Gunung Rinjani purba yang menciptakan kawah besar, kemudian terisi air dari waktu ke waktu.

Menikmati malam di tepi danau menjadi pengalaman magis tersendiri. Suara alam berpadu dengan gemericik air dan udara dingin yang menenangkan.

Tak perlu khawatir soal perbekalan, karena memancing di Segara Anak sangat mudah, ikan melimpah dan bisa langsung dinikmati bersama hangatnya api unggun.

Selain pesonanya yang memikat, Segara Anak juga memiliki nilai spiritual tinggi bagi masyarakat Hindu di Lombok.

Di sekitar danau ini sering dilakukan upacara keagamaan sebagai bentuk penghormatan terhadap alam dan kekuatan Gunung Rinjani yang dipercaya sebagai tempat bersemayam para dewa.

Baca juga:
🔗 Pesona Danau Kelimutu: Keajaiban Tiga Warna di Puncak Flores

Menutup Perjalanan: Antara Langit dan Danau

Mendaki Gunung Rinjani melalui Sembalun, menyusuri Torean, lalu bermalam di Danau Segara Anak, bukan sekadar perjalanan fisik, ini adalah perjalanan jiwa.

Setiap langkah membawa makna, setiap pemandangan menyampaikan pesan bahwa alam adalah guru yang sabar, mengajarkan keseimbangan antara keberanian dan ketenangan.

Gunung Rinjani akan selalu menjadi simbol kebesaran Lombok, tempat di mana langit bertemu bumi, dan manusia belajar untuk kembali mencintai alam dalam kesederhanaannya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *