Ngaben Puri: Prosesi Pelepasan Jiwa dalam Balutan Bade Lembu yang Sakral

Pembakaran bade lembu dalam upacara ngaben sebagai simbol pelepasan jiwa menuju moksha dalam tradisi Bali.
Pembakaran bade lembu menandai puncak upacara ngaben dalam adat Bali. Prosesi ini bukan sekadar tradisi, melainkan simbol pelepasan jiwa menuju moksha. (Foto: Moonstar)

Bali bukan hanya dikenal karena keindahan alamnya, tetapi juga karena warisan budaya dan spiritualnya yang begitu dalam.

Salah satu upacara paling sakral dan penuh filosofi adalah Ngaben, sebuah prosesi pembakaran jenazah sebagai bentuk pelepasan roh menuju alam keabadian.

Namun, Ngaben di lingkungan puri keluarga bangsawan atau keturunan raja memiliki kekhasan tersendiri yang membedakannya dari upacara ngaben masyarakat pada umumnya.

Salah satu elemen yang mencolok dalam Ngaben Puri adalah penggunaan bade dan lembu sebagai sarana utama.

Dalam foto di atas, tampak tiga patung lembu raksasa (lembu sakral) berdiri megah, dilalap kobaran api suci.

Ini bukan sekadar pembakaran simbolik, melainkan wujud penghormatan tertinggi kepada leluhur, sekaligus perwujudan filosofi Hindu Dharma yang sarat makna.

Lembu: Kendaraan Jiwa Menuju Moksha

Dalam tradisi Hindu Bali, lembu atau wadah berbentuk lembu merupakan simbol dari Nandi, wahana Dewa Siwa.

Bagi keluarga puri, pembuatan lembu dengan tinggi dan dekorasi megah mencerminkan kedudukan tinggi almarhum di masyarakat.

Lembu tersebut menjadi sarana pengangkut roh dari dunia fana menuju alam Moksha, kebebasan kekal dari siklus kelahiran dan kematian.

Tidak semua ngaben menggunakan lembu. Biasanya, masyarakat umum menggunakan wadah sederhana atau dibakar langsung tanpa sarana khusus.

Namun dalam Ngaben Puri, bade (menara jenazah bertingkat) dan lembu dibangun dengan detail luar biasa dan penuh ornamen emas, ukiran kayu, serta kain-kain suci.

Puncak upacara adalah saat jenazah dimasukkan ke dalam lembu, kemudian seluruh struktur dibakar dengan iringan mantra dan kidung suci.

Baca juga:
🔗 Potong Gigi: Simbol Kedewasaan dan Kesucian dalam Tradisi Hindu Bali

Bade: Menara Jiwa Menuju Langit

Sebelum jenazah dimasukkan ke dalam lembu, ia terlebih dahulu diusung tinggi di atas bade, sebuah menara bertingkat yang melambangkan gunung suci.

Warga mengarak bade lembu menuju setra dalam prosesi ritual ngaben di Bali.
Bade lembu diangkat dan diarak oleh warga menuju setra untuk prosesi ritual ngaben. (Foto: Moonstar)

Bade ini diarak keliling desa dalam prosesi megah yang disebut mepamit simbol pelepasan roh dari dunia dan perpisahan dari alam sekala.

Arakan bade bukan sekadar simbolis, ia mencerminkan perjalanan spiritual, di mana jiwa yang telah lepas dari raga dibimbing menuju ketinggian, menuju alam para dewa.

Biasanya, bade dibuat hingga setinggi 9 tingkat atau lebih, tergantung kedudukan sosial almarhum dalam keluarga puri.

Prosesi yang Melibatkan Komunitas

Ngaben Puri bukanlah upacara individu, ia melibatkan seluruh banjar, pemangku adat, sulinggih (pendeta Hindu), hingga keluarga besar puri.

Seluruh elemen masyarakat hadir untuk menunjukkan bahwa kematian adalah bagian dari harmoni kosmis, dan setiap roh layak dilepas dengan penghormatan yang agung.


Prosesi ini juga menjadi ajang spiritual sekaligus sosial, memperkuat kembali tali kekeluargaan, solidaritas, dan rasa syukur terhadap siklus kehidupan.


Tak jarang, upacara ngaben puri berlangsung selama berhari-hari, bahkan berminggu-minggu, dengan berbagai rangkaian ritual yang sarat makna.

Baca juga:
🔗 Ngaben: Jalan Pulang Sang Jiwa Bali

Kebesaran yang Menyatu dengan Keheningan

Meskipun terlihat megah dan meriah, Ngaben Puri sejatinya adalah prosesi spiritual yang penuh keheningan batin.

Saat api melalap lembu, sesungguhnya yang dibakar bukan hanya raga, tetapi juga sisa keterikatan duniawi.

Api menjadi simbol penyucian jiwa, membebaskannya dari belenggu karma untuk bersatu kembali dengan Sang Pencipta.

Warisan Leluhur yang Terus Dijaga

Di tengah modernisasi, tradisi seperti Ngaben Puri dengan bade lembu menjadi warisan budaya tak ternilai yang terus dijaga oleh masyarakat Bali. Ia bukan hanya ritual keagamaan, tapi juga simbol keteguhan spiritual dan filosofi kehidupan.

Dan di balik kobaran api suci itu, tersimpan pesan abadi bahwa setiap akhir adalah awal yang baru, dan dalam kematian, ada jalan menuju keabadian.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *