Pengalaman Kurang Menyenangkan di Bandara I Gusti Ngurah Rai, Seorang Warga Keluhkan Sikap Petugas

Suasana aktivitas penumpang di pintu masuk Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Bali.
Suasana di pintu masuk Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Bali (Foto: Moonstar)

Salah satu pengguna media sosial TikTok dengan akun @birmanhughesmelbourne baru-baru ini membagikan pengalaman kurang menyenangkan saat berada di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Bali.

Dalam unggahannya yang cukup menyita perhatian publik, ia menceritakan bagaimana dirinya merasa tidak nyaman dengan sikap sebagian petugas bandara yang dinilai kurang sopan dalam berkomunikasi dengan penumpang.

Menurut pengakuannya, kejadian tersebut bermula ketika ia hendak memasuki area pemeriksaan bandara.

Saat itu, salah seorang petugas memanggilnya dengan nada tinggi yang dianggap tidak pantas, dengan ucapan, “Woi, mau ke mana?”

Sapaan spontan itu sontak membuat dirinya terkejut dan merasa tidak dihargai sebagai pengguna jasa bandara.

Ia pun memilih menahan emosinya dan melanjutkan proses pemeriksaan dengan tenang, meskipun dalam hati merasa kecewa.

“Seharusnya, sebagai bandara internasional, cara bertanya pun punya tata krama. Cukup dengan, ‘Mau ke mana, Mas?’ atau ‘Oh, mau ke Australia? itu jauh lebih sopan,” ujarnya dalam unggahan tersebut.

Baca juga:
🔗 Bali: Surga yang Tak Selama Indah bagi Warga Lokal

Ia juga menuturkan bahwa sebelum berangkat ke bandara, dirinya sudah berusaha tampil rapi dengan mengenakan kemeja agar terlihat pantas. Namun, upaya tersebut ternyata tidak mengubah perlakuan petugas terhadapnya.

“Saya sudah dua kali mengalami hal seperti ini. Padahal saya selalu berusaha menghormati aturan dan menjaga sikap,” katanya.

Ketika masuk ke area pemeriksaan paspor, pengalaman serupa kembali terjadi. Petugas kembali mengajukan pertanyaan dengan nada yang dirasa tidak bersahabat.

Ia tetap menjawab dengan tenang bahwa dirinya sudah menetap di Australia selama 10 tahun dan menikah dengan warga negara setempat. Meski begitu, rasa tidak nyaman itu masih membekas dalam pikirannya.

“Bagi saya, bandara adalah wajah pertama dan terakhir Indonesia di mata dunia. Kalau petugasnya bicara dengan nada tinggi atau memperlakukan penumpang seperti orang yang dicurigai, kesannya jadi negatif. Padahal kita punya budaya yang menjunjung tinggi sopan santun,” tambahnya.

Menurutnya, kecurigaan atau kehati-hatian dalam menjalankan tugas memang penting, namun hal tersebut tidak perlu disampaikan dengan sikap agresif atau nada merendahkan.

Ia berharap petugas bandara di Bali dapat melakukan introspeksi dan pelatihan etika komunikasi publik agar mampu memberikan pelayanan yang lebih profesional dan manusiawi.

“Indonesia dikenal karena keramahan penduduknya. Sudah semestinya nilai-nilai itu juga tercermin di tempat seperti bandara, yang menjadi gerbang utama wisatawan mancanegara. Banyak orang pertama kali mengenal Indonesia lewat bandara. Kalau kesan pertama saja sudah tidak ramah, itu bisa menodai citra pariwisata kita,” katanya menegaskan.

Baca juga:
🔗 Senyum dan Ketulusan Karyawan Restoran di Pantai Sanur, Cerminan Bali yang Dirindukan

Unggahan ini kemudian mendapat berbagai tanggapan dari warganet. Sebagian besar mendukung pendapatnya dan mengaku pernah mengalami hal serupa di beberapa bandara di Indonesia.

Namun, ada pula yang memahami posisi petugas yang memang harus berhati-hati dalam situasi keamanan yang padat.

Meski demikian, banyak yang sepakat bahwa sopan santun dalam pelayanan publik adalah hal yang tidak bisa ditawar, terlebih di sektor pariwisata seperti Bali, yang sangat bergantung pada kesan dan pengalaman pengunjung.

Dalam konteks yang lebih luas, kejadian ini menjadi pengingat bahwa profesionalitas bukan hanya soal kemampuan teknis, tetapi juga cara memperlakukan orang dengan hormat dan empati.

Setiap senyum, sapaan, dan nada suara dari petugas di bandara bisa menjadi cermin dari karakter bangsa.

Membangun citra positif Indonesia di mata dunia bukan hanya tanggung jawab pemerintah atau industri pariwisata, tetapi juga setiap individu yang bekerja di lini depan pelayanan publik.

Karena pada akhirnya, keramahan dan adab adalah bahasa universal yang bisa meninggalkan kesan mendalam jauh lebih kuat daripada promosi dan slogan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *