Sang Naga dari Timur: Dari Kehormatan ke Kebijaksanaan Hidup

Brigjen Pol (Purn) Adeni Muhan saat menjabat sebagai Dansat Brimob Polda Kepulauan Bangka Belitung pada tahun 2010.
Adeni Muhan saat menjabat sebagai Dansat Brimob Polda Kepulauan Bangka Belitung pada tahun 2010 (Foto: Moonstar)

Kehidupan terus berjalan, membawa setiap manusia melewati berbagai fase dari ujian dan tantangan hingga momen penuh rasa syukur ketika mampu bangkit dari keterpurukan.

Dalam perjalanan panjang itu, setiap langkah menyimpan jejak yang membentuk siapa kita hari ini.

Salah satu sosok yang kisah hidupnya layak direnungkan adalah Brigjen Pol (Purn) Dr. Drs. Adeni Muhan Daeng Pabali, M.M., atau yang akrab disapa Sang Naga dari Timur.

Ia adalah purnawirawan perwira tinggi Polri dengan rekam jejak cemerlang dalam pengabdiannya kepada Kepolisian Republik Indonesia.

Jejak Panjang di Dunia Kepolisian

Lulusan Akademi Kepolisian tahun 1990 ini telah menapaki berbagai jabatan penting sepanjang kariernya.

Adeni Muhan pernah dipercaya memimpin Satuan Brimob di sejumlah wilayah Indonesia, menjabat sebagai Karo Ops Polda Sulawesi Selatan.

Hingga akhirnya mengemban amanah sebagai Direktur Pelindungan dan Pemberdayaan Kawasan Eropa dan Timur Tengah di BP2MI, sebuah posisi strategis yang menuntut ketegasan sekaligus kebijaksanaan.

Sebagai seorang perwira, ia dikenal tegas dan disiplin, namun tetap menonjol dengan pendekatan yang humanis. Sikap inilah yang membuatnya disegani, tidak hanya oleh para bawahan, tetapi juga oleh masyarakat luas.

Bagi Adeni Muhan, menjadi polisi bukan sekadar menjalankan tugas, melainkan menjaga amanah dan kepercayaan rakyat.

Ia meyakini bahwa keadilan sejati tidak hanya ditegakkan melalui aturan, tetapi juga melalui suara hati nurani.

Baca juga:
🔗 Prinsip, Keluarga, dan Wajah Lain Kesuksesan di Tubuh Polri

 

Dari Kepolisian ke Dunia Politik

Setelah menuntaskan masa baktinya di kepolisian, semangat pengabdian itu tak pernah padam. Ia kemudian melanjutkan langkahnya di ranah politik sebagai Koordinator Wilayah (Korwil) 9 Partai Hanura, yang membawahi wilayah Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, dan Sulawesi Tenggara.

Berbekal pengalaman panjang dalam kepemimpinan dan jaringan luas di lapangan, Adeni Muhan menjalankan peran barunya dengan semangat yang sama membangun, mendengarkan, dan menjadi jembatan antara masyarakat dan pemerintah.

Baca juga:
🔗 Sukses Penyelenggaraan MUSDA IV Partai Hanura Sulsel: Dedikasi Sang Naga dari Timur

Bagi Sang Naga dari Timur, politik bukanlah panggung untuk mengejar kekuasaan, melainkan wadah untuk melanjutkan pengabdian.

Ia percaya bahwa pengalaman di kepolisian telah menempanya untuk memahami dinamika sosial dan menegakkan nilai-nilai keadilan dalam ruang yang lebih luas.

Refleksi dan Pandangan tentang Polri Masa Kini

Dalam berbagai kesempatan, Sang Naga dari Timur kerap berbagi pandangan mengenai kondisi kepolisian saat ini.

Ia menilai bahwa Polri membutuhkan pemimpin yang kuat, rendah hati, dan mampu menjadi jembatan bagi semua pihak.

Brigjen Pol (Purn) Dr. Drs. Adeni Muhan Daeng Pabali, M.M. dalam sebuah kegiatan politik sebagai Koordinator Wilayah IX Partai Hanura.
Brigjen Pol (Purn) Dr. Drs. Adeni Muhan Daeng Pabali, M.M. kini aktif di politik sebagai Koordinator Wilayah IX Partai Hanura untuk Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, dan Sulawesi Tenggara (Foto: Dokumentasi)

Menurutnya, tantangan zaman menuntut institusi kepolisian untuk terus beradaptasi tanpa kehilangan jati diri.

“Pemimpin yang baik bukan hanya yang berani memerintah, tetapi juga yang mampu mendengarkan dan mempersatukan,” ujarnya dengan nada tenang, namun sarat makna.

Baca juga:
🔗 Pemimpin yang Mendengar: Gaya Kepemimpinan Irjen Pol. Drs. Waris Agono, M.Si

Nada Piano dan Ketenangan Jiwa

Ada sisi lain dari Sang Naga dari Timur yang jarang diketahui publik. Di masa pensiunnya, ia mulai belajar bermain piano, sebuah kegiatan yang menjadi ruang pribadi untuk menemukan keseimbangan batin.

Dalam sebuah perbincangan santai, ia sempat memperdengarkan alunan lembut dari jemarinya.

“Saya sedang belajar,” ujarnya sambil tersenyum ringan.

Bagi dirinya, musik adalah jalan menuju ketenangan jiwa. Setelah bertahun-tahun hidup dalam disiplin militer dan hiruk-pikuk tanggung jawab, kini ia menemukan kedamaian melalui nada-nada sederhana yang mengalun lembut di antara kesunyian.

Menemukan Kedamaian dalam Kesederhanaan

Kini, di usia 60 tahun, Sang Naga dari Timur menikmati hidup dengan lebih tenang dan sederhana.

Ia tak lagi dikelilingi oleh gemerlap jabatan atau hiruk-pikuk penghormatan. Justru dalam kesederhanaan itulah ia menemukan kebahagiaan sejati, kebahagiaan yang tumbuh dari penerimaan dan rasa syukur.

Ia mengakui bahwa hidup telah memberinya banyak pelajaran: tentang kekuasaan, kehilangan, keterpurukan, hingga kebangkitan.

Semua pengalaman itu membentuknya menjadi pribadi yang lebih bijak dalam memaknai arti persahabatan, keluarga, dan kebersamaan.

“Ada masa ketika saya dihormati dan dikagumi, lalu masa ketika semua itu hilang. Tapi di situlah saya belajar arti hidup yang sesungguhnya bukan tentang jabatan, melainkan tentang menerima diri apa adanya,” tuturnya dengan penuh ketulusan.

Pelajaran Hidup dari Seorang Purnawirawan

Meski tak lagi memikul tanggung jawab sebesar dulu, semangat dan aktivitasnya tetap terjaga. Bedanya, kini semua dijalani dengan kesadaran, ketenangan, dan rasa syukur. Ia memilih menikmati setiap detik kehidupan tanpa harus terjebak dalam kebisingan dunia.

Bagi Sang Naga dari Timur, kemuliaan sejati tidak diukur dari pangkat, jabatan, atau penghormatan, melainkan dari kemampuan seseorang untuk tetap rendah hati, terus belajar, dan menghargai setiap fase kehidupan.

Penutup: Dari Kuasa ke Kesadaran

Kisah Sang Naga dari Timur menjadi cermin bagi banyak orang yang tengah menapaki perjalanan hidup bahwa kejayaan tidaklah abadi, namun kebijaksanaan akan tumbuh dari setiap kejatuhan.

Ia mengajarkan bahwa ketika seseorang mampu berdamai dengan masa lalu dan menerima dirinya dengan lapang dada, di situlah makna sejati dari kehormatan ditemukan.

Baca juga:
🔗 “Setiap Orang adalah Guru, Setiap Tempat adalah Sekolah”: Prinsip Hidup Brigjen Pol (Purn) Adeni Muhan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *