Selebcing: Kucing Jadi Fenomena Sosial dan Cermin Empati Masyarakat Indonesia

Seekor anak kucing tidur pulas di bawah pohon dengan suasana teduh.
Seekor anak kucing tampak asyik tidur di bawah pohon, ditemani angin sepoi-sepoi (Foto: Moonstar)

Fenomena kucing sebagai pusat perhatian di media sosial kini semakin berkembang. Istilah “selebcing”, selebriti kucing menjadi tren yang menampilkan kucing sebagai tokoh utama berbagai konten lucu dan menggemaskan.

Dari kalangan masyarakat biasa hingga pejabat tinggi, kecintaan terhadap kucing semakin terlihat dan menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari.

Belakangan, dunia maya diramaikan oleh kabar bahwa Bobby Kertanegara, kucing peliharaan RI 1, dipukul oleh seekor kucing bernama Pororo.

Meski hanya beredar di media sosial dan belum jelas kebenarannya, informasi tersebut sudah cukup membuat warganet heboh, menunjukkan betapa besar perhatian publik terhadap hewan peliharaan.

Data dari sebuah podcast di kanal Rhenald Kasali bahkan memperlihatkan bahwa Indonesia menempati peringkat pertama di Asia dalam kepemilikan kucing, dengan angka mencapai 47 persen.

Statistik ini menguatkan bahwa kucing bukan sekadar peliharaan, tetapi juga bagian dari gaya hidup masyarakat Indonesia.

Kucing sebagai Bagian dari Identitas Sosial Indonesia

Tingginya persentase kepemilikan kucing di Indonesia menunjukkan bahwa hewan ini memiliki tempat khusus dalam kehidupan masyarakat.

Tidak hanya sebagai pengusir hama atau teman bermain, tetapi sebagai simbol kelembutan, hiburan, hingga status sosial.

Di media sosial, konten kucing mampu menghubungkan berbagai kalangan tanpa batas usia dan latar belakang.

Melalui selebcing, muncul komunitas berbagi cerita, edukasi kesehatan hewan, hingga adopsi kucing terlantar.

Hal ini membentuk sebuah identitas sosial baru, masyarakat yang penyayang hewan dan bangga memperlihatkan kedekatan mereka dengan kucing.

Kedekatan emosional ini juga terlihat dari bagaimana keluarga memperlakukan kucing layaknya anggota rumah, lengkap dengan pemberian makanan khusus, tempat tidur nyaman, hingga akses ke layanan medis hewan.

Fenomena Kucing Jalanan dan Tradisi Kepedulian Warga

Selain kucing peliharaan, Indonesia memiliki populasi kucing jalanan yang besar. Namun menariknya, banyak warga memilih untuk memberikan makan, menyediakan tempat berteduh, atau bahkan merawat tanpa harus mengklaimnya sebagai milik pribadi.

Kisah Putu Ayu, seorang ibu di Bali, menjadi contoh nyata. Kucing-kucing yang tidak diketahui pemiliknya sering datang ke rumahnya setiap hari.

Karena sudah terbiasa melihat mereka muncul pada jam makan, Ayu dan keluarganya pun menyediakan makanan.

Ada satu kucing yang hampir selalu berada di rumahnya, sementara empat hingga lima lainnya datang bergiliran saat waktu makan.

Tanpa niat untuk mengambil alih kepemilikan, Ayu tetap menunjukkan kepedulian dan kasih sayang.

Tradisi seperti ini banyak ditemui di berbagai daerah di Indonesia, memperlihatkan bahwa masyarakat tidak hanya mencintai hewan miliknya saja, tetapi juga memperhatikan kesejahteraan kucing liar yang ada di sekitar mereka.

Baca juga:
🔗 Desa Penglipuran: Inspirasi Gaya Hidup Ramah Lingkungan

Media Pembelajaran Kasih Sayang untuk Anak-anak

Interaksi anak-anak dengan kucing memberikan nilai edukatif yang besar. Putu Ayu, misalnya, menjadikan momen memberi makan kucing sebagai sarana untuk mengajarkan rasa empati dan tanggung jawab kepada anak-anaknya.

Anak-anak belajar bagaimana membelai kucing dengan lembut, mengenali perilaku hewan, serta mengerti pentingnya menjaga kebersihan dengan mencuci tangan setelah bermain.

Aktivitas sederhana ini membantu mereka memahami bahwa makhluk hidup lain perlu disayangi dan diperlakukan dengan hormat.

Kucing juga sering menjadi “teman” yang memberi rasa aman bagi anak. Dari mengamati perilaku kucing hingga melihat mereka makan, anak-anak mendapatkan pengalaman langsung mengenai siklus hidup, kebiasaan hewan, dan arti kepedulian.

Baca juga:
🔗 Kain Tenun Gringsing: Warisan Budaya Bali

Penutup: Kucing sebagai Cermin Kepekaan Sosial Masyarakat

Naiknya tren selebcing dan data tingginya pemeliharaan kucing di Indonesia menunjukkan bahwa hewan ini bukan sekadar peliharaan, tetapi bagian dari dinamika sosial masyarakat.

Dari kucing pejabat negara hingga kucing jalanan yang diberi makan warga, semuanya menggambarkan kehangatan dan karakter masyarakat Indonesia yang penuh empati.

Kucing mengajarkan manusia untuk peduli, menyayangi, dan berbagi. Dan bagi banyak keluarga, seperti keluarga Putu Ayu kucing bahkan menjadi media pembelajaran berharga bagi anak-anak dalam mengenal kasih sayang sejak dini.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *