Tari Kecak di Pantai Pura Geger: Menghidupkan Budaya, Menggerakkan Pariwisata Lokal

Para penari Tari Kecak berkumpul di atas panggung setelah pertunjukan, bersiap untuk sesi foto bersama penonton.
Para penampil Tari Kecak berkumpul di atas panggung, bersiap untuk sesi foto bersama penonton sebagai penutup pertunjukan. (Foto: Mahendra)

Tari Kecak merupakan salah satu warisan budaya Bali yang telah menjadi ikon di mata dunia.

Pertunjukan ini terbuka bagi wisatawan, baik dari dalam maupun luar negeri, sebagai sarana untuk mengenal lebih dalam tradisi dan kekayaan budaya Bali.

Pentasnya bersifat inklusif terbuka bagi siapa pun yang ingin menyaksikan keindahan gerak, suara, dan makna spiritual di balik tarian ini.

Baca juga:
πŸ”— Tari Kecak Uluwatu: Kisah Epik dan Sunset

Β 

Pementasan Kecak di Pantai Pura Geger: Awal yang Menjanjikan bagi Wisata Budaya Peminge

Kini, semangat pelestarian tersebut diwujudkan dalam sebuah inisiatif dari Desa Adat Peminge melalui pementasan rutin Tari Kecak setiap minggu, tepat pukul 17.30 WITA.

Dengan harga tiket Rp150.000 untuk dewasa dan Rp75.000 untuk anak-anak, pertunjukan ini mulai menarik perhatian publik, baik wisatawan domestik maupun mancanegara.

Β 

Respons positif dari pementasan ketiga yang digelar pada 27 Juli 2025 menjadi sinyal awal bahwa pertunjukan ini memiliki potensi besar untuk terus berkembang.

Terlebih lagi, lokasi pementasan yang berada di kawasan dengan panorama pantai yang memukau serta suasana matahari terbenam yang memesona menjadikan pengalaman menonton semakin berkesan dan tak terlupakan.

Baca juga:
πŸ”— Pura Luhur Uluwatu: Perpaduan Keagungan Spiritual dan Keindahan Alam di Ujung Tebing Bali

Β 

Budaya sebagai Aset: Memanfaatkan Pantai dan Pura sebagai Panggung Wisata

Tari Kecak yang dipentaskan tidak hanya menyuguhkan hiburan visual dan musikal, tetapi juga menghadirkan pengalaman spiritual yang sarat nilai budaya khas Bali.

Lokasi pertunjukan yakni di kawasan Pantai Pura Geger, Desa Peminge menawarkan suasana sakral dan eksotis yang sulit ditemukan di tempat lain.

Perpaduan harmonis antara suara para penari, deburan ombak, dan cahaya senja menciptakan atmosfer magis yang membekas dalam kenangan para penonton.

Β 

BUMDes memanfaatkan kekayaan budaya dan keindahan alam desa sebagai potensi utama.

Melalui pementasan ini, objek wisata disulap menjadi panggung hidup yang tak hanya menghibur, tetapi juga menyampaikan pesan dan nilai edukatif bagi setiap pengunjung.

Melibatkan Warga, Menggerakkan Ekonomi

Seorang wisatawan menyaksikan pertunjukan Tari Kecak di kawasan Pantai Pura Geger, Nusa Dua, dengan latar suasana budaya Bali yang khas.
Seorang wisatawan tampak menikmati pementasan Tari Kecak di kawasan Pantai Pura Geger, Nusa Dua. (Foto: Mahendra)

Keunikan program ini terletak pada keterlibatan aktif seluruh lapisan masyarakat desa.

Tak hanya para penari, warga juga berperan dalam berbagai aspek seperti pengelolaan tiket, penyambutan tamu, penataan lokasi, hingga menjadi bagian dari tim pementasan.

Menariknya, sebagian besar pemain adalah anak-anak muda desa, menjadikan pertunjukan ini tidak hanya sebagai hiburan, tetapi juga sebagai ajang pelestarian budaya melalui generasi muda.

Seluruh elemen tersebut menciptakan ekosistem ekonomi lokal yang saling mendukung dan memperkuat, memperlihatkan bagaimana seni dan budaya dapat menjadi pendorong kemajuan desa.


β€œIni bukan sekadar pertunjukan seni, tetapi juga peluang nyata bagi warga untuk terlibat aktif dan merasakan manfaat ekonomi secara langsung,” ujar Nyoman Widi, salah satu pengurus kegiatan.


Dengan semangat gotong royong, masyarakat Desa Peminge merasakan dampak positif dari inisiatif kolaboratif yang berakar pada kekuatan budaya lokal.

Baca juga:
πŸ”— Bali Tak Pernah Sepi: Vibrasi Pulau Dewata yang Terus Mengikat Dunia

Sinergi dengan Agen Perjalanan: Menjemput Wisatawan ke Desa

Salah satu strategi utama dalam pengembangan kegiatan ini adalah menjalin kerja sama dengan agen perjalanan wisata.

Melalui sinergi ini, wisatawan yang biasanya hanya menikmati destinasi pantai populer dan atraksi komersial, kini diajak menyelami lebih dalam kekayaan budaya lokal di desa.

Wisatawan tidak hanya menjadi penonton, tetapi juga berkesempatan untuk berinteraksi langsung dengan warga, membeli produk lokal, dan menikmati suasana desa yang hangat serta bersahaja.

Nilai tambah inilah yang membuat Desa Peminge semakin menonjol sebagai destinasi budaya unggulan di kawasan Nusa Dua.

Desa sebagai Tuan Rumah Budaya

Ke depan, langkah yang diambil Desa Peminge akan semakin konkret dalam membuktikan bahwa budaya lokal dapat menjadi motor penggerak pembangunan desa.

“Masih banyak hal yang perlu kami benahi dan tingkatkan. Namun kami optimistis, pementasan Tari Kecak di Pantai Pura Geger akan terus berkembang, menjadi ikon, dan semakin dicintai oleh masyarakat maupun wisatawan,” ujar Nyoman Widi di akhir pernyataannya.

Dengan sinergi antara pemerintah desa, para seniman, masyarakat, dan pelaku industri pariwisata.

Desa Peminge secara bertahap mengukuhkan dirinya sebagai tuan rumah budaya yang berkelas sekaligus berkelanjutan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *