Telur berhasil berdiri tegak tanpa penyangga ketika titik kulminasi matahari terjadi di Pontianak

Telur berdiri tegak tanpa penyangga saat fenomena kulminasi matahari di Pontianak.
Telur berhasil berdiri tegak tanpa penyangga ketika titik kulminasi matahari terjadi di Pontianak(Foto: Moonstar)

Pontianak, ibu kota Kalimantan Barat, bukan hanya dikenal sebagai kota yang dilalui garis khatulistiwa.

Tetapi juga sebagai tempat terjadinya sebuah fenomena alam yang langka dan menarik perhatian, titik kulminasi matahari, momen ketika bayangan benda menghilang dan telur bisa berdiri tegak di permukaan datar.

Fenomena ini setiap tahun dirayakan dengan penuh semangat, baik oleh warga lokal maupun wisatawan yang datang dari berbagai penjuru Indonesia hingga mancanegara.

Apa Itu Titik Kulminasi?

Titik kulminasi adalah peristiwa ketika matahari berada tepat di atas garis khatulistiwa. Pada posisi ini, matahari mencapai sudut 90 derajat, sehingga sinarnya jatuh tegak lurus ke permukaan bumi.

Akibatnya, bayangan benda akan menghilang tepat di bawah objek tersebut, seolah-olah lenyap.

Fenomena ini hanya terjadi dua kali dalam setahun, yaitu sekitar tanggal 21–23 Maret dan 21–23 September.

Bagi masyarakat Pontianak, titik kulminasi bukan hanya sekadar peristiwa astronomi, tetapi juga momentum untuk memperkenalkan keunikan daerah mereka kepada dunia.

Baca juga:
🔗 Pulau Arborek: Permata Kecil Raja Ampat yang Menyatukan Keindahan Laut, Budaya, dan Kehangatan Keluarga

Mengapa Telur Bisa Berdiri?

Salah satu atraksi paling populer dalam peristiwa kulminasi adalah percobaan telur berdiri. Banyak orang yang berhasil menegakkan telur di permukaan lantai atau papan datar.

Secara ilmiah, telur sebenarnya bisa berdiri kapan saja jika kita cukup sabar menemukan titik keseimbangannya. Namun, saat kulminasi, cahaya matahari yang jatuh tegak lurus

menciptakan ilusi optik tidak adanya bayangan membuat keseimbangan telur terlihat lebih nyata dan lebih mudah dilakukan.

Selain faktor ilmiah, ada juga unsur psikologis ketika ribuan orang mencoba bersama-sama, kemungkinan keberhasilan lebih tinggi.

Hal ini membuat pengalaman telur berdiri menjadi simbol kebersamaan dan keajaiban alam.

Tugu Khatulistiwa: Ikon Pontianak

Fenomena titik kulminasi biasanya dipusatkan di Tugu Khatulistiwa, sebuah monumen bersejarah yang menjadi identitas Kota Pontianak.

Tugu ini pertama kali dibangun tahun 1928 oleh seorang ahli geografi asal Belanda. Awalnya, ukurannya sederhana dari kayu belian.

Kemudian, pada tahun 1938, tugu ini diperbesar dengan bentuk seperti sekarang. Renovasi besar dilakukan tahun 1990-an, menambahkan kubah pelindung sehingga wisatawan bisa lebih nyaman berkunjung.

Tugu ini bukan hanya simbol geografis, tetapi juga menjadi pusat wisata edukasi. Di dalamnya terdapat museum kecil yang menjelaskan tentang garis khatulistiwa, fenomena kulminasi, dan sejarah pembangunan tugu.

Festival Kulminasi di Pontianak

Setiap kali fenomena ini terjadi, masyarakat Pontianak merayakannya dengan meriah. Festival Kulminasi menjadi agenda tahunan yang ditunggu-tunggu.

Berbagai kegiatan digelar, antara lain:

  • Percobaan telur berdiri bersama ribuan pengunjung.

  • Demonstrasi ilmiah tentang fenomena astronomi.

  • Pertunjukan seni dan budaya Kalimantan Barat, seperti tarian tradisional dan musik daerah.

  • Pameran UMKM dan kuliner khas Pontianak, misalnya sotong pangkong, bubur pedas, dan kopi robusta khas Kalimantan.

Bagi wisatawan, festival ini adalah kesempatan langka untuk merasakan langsung suasana unik ketika bayangan benda benar-benar hilang.

Makna Filosofis

Lebih dari sekadar atraksi wisata, fenomena kulminasi membawa makna filosofis. Bayangan yang menghilang bisa dimaknai sebagai simbol keseimbangan dan keselarasan.

Telur yang berdiri tegak mencerminkan bagaimana manusia, dengan kesabaran dan ketekunan, bisa menemukan keseimbangan hidup meski awalnya tampak mustahil.

Bagi masyarakat Pontianak, fenomena ini adalah pengingat akan keteraturan alam semesta, sesuatu yang patut disyukuri dan dijaga.

Baca juga:
🔗 Seperti Ombak yang Tak Lelah Menyapu Pantai: Ketekunan yang Menyucikan Hati

Mengunjungi Pontianak Saat Kulminasi

Bagi Anda yang ingin menyaksikan fenomena ini secara langsung, waktu terbaik adalah bulan Maret atau September. Lokasinya berada di Tugu Khatulistiwa, sekitar 3 km dari pusat Kota Pontianak.

Wisatawan bisa merasakan pengalaman unik:

  • Berdiri tepat di garis khatulistiwa.

  • Menyaksikan bayangan menghilang.

  • Mencoba menegakkan telur bersama-sama.

  • Menikmati suasana festival dengan warga lokal.

Banyak pengunjung menyebut pengalaman ini sebagai wisata sekali seumur hidup, karena jarang ada kota di dunia yang dilalui langsung oleh garis khatulistiwa.

Penutup

Fenomena titik kulminasi di Pontianak membuktikan bahwa alam memiliki cara unik untuk menunjukkan keajaibannya.

Dari sekadar telur yang bisa berdiri hingga hilangnya bayangan, semuanya menyimpan pesan bahwa hidup memiliki ritme dan keseimbangan.

Bila Anda berkesempatan ke Pontianak, jangan lewatkan momen berharga ini. Berdirilah di titik nol derajat lintang, rasakan matahari tepat di atas kepala, dan biarkan diri Anda menjadi bagian dari keajaiban khatulistiwa.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *