Okokan: Dentang Ritmis Pengusir Wabah dan Simbol Kebersamaan Tabanan

Tradisi Okokan Bali dengan dentangan ritmis sebagai warisan budaya turun-temurun.
Okokan merupakan warisan budaya turun-temurun yang menyatukan dentangan ritmis dengan nilai magis, sosial, sekaligus kebersamaan. (Foto: Mahendra)

Di tengah gegap gempita kesenian Bali yang kerap identik dengan alunan gamelan, Tabanan menyimpan sebuah tradisi unik yang penuh semangat, Okokan.

Lebih dari sekadar pertunjukan, Okokan merupakan warisan budaya turun-temurun yang menyatukan dentangan ritmis dengan nilai magis, sosial, sekaligus kebersamaan.

Apa Itu Okokan?

Okokan adalah sebutan untuk dua hal, alat musiknya sekaligus tradisinya. Instrumen Okokan terbuat dari kayu umumnya bambu atau kayu cendana yang dilubangi, dengan bandul di bagian tengah sebagai pemukul.

Ketika digoyangkan, tercipta bunyi khas “tok” atau “kong” yang sederhana namun bertenaga.

Satu kelompok Okokan bisa terdiri dari puluhan hingga ratusan orang. Mereka berjalan berkeliling desa sambil menggoyangkan Okokan dalam irama kompak, menghasilkan dentangan massal yang menggema penuh energi.

Asal-Usul dan Makna Filosofis

Tradisi Okokan diyakini berawal dari ritual penolak bala atau Nangluk Merana, yakni upaya masyarakat untuk mengusir wabah penyakit dan roh jahat.

Dahulu, ketika desa dilanda epidemi, warga berkumpul dan berkeliling sambil menimbulkan bunyi-bunyian keras. Dentangan Okokan dipercaya mampu membersihkan desa dari energi negatif.

Seiring waktu, fungsi sakral ini berkembang menjadi tradisi sosial dan hiburan. Kini, Okokan kerap hadir dalam upacara keagamaan, penyambutan tamu, festival budaya, hingga menjadi ajang unjuk kekompakan antar-banjar di Tabanan.

Baca juga:
🔗 Tradisi dan Regenerasi Tari Bali

Pusat Tradisi Okokan di Tabanan

Kecamatan Kediri, khususnya Banjar Delod Puri, dikenal sebagai pusat tradisi Okokan. Setiap tahun, terutama setelah Nyepi atau pada perayaan besar lainnya, warga setempat rutin menggelar pawai Okokan berskala besar.

Puluhan orang dewasa turun ke jalan dengan mengenakan busana adat Bali atau kostum seragam.

Mereka berbaris rapi, memainkan Okokan dengan irama yang dipandu seorang pemimpin. Dentangan “tok-kong, tok-kong” yang menggema di seluruh penjuru desa menghadirkan suasana meriah sekaligus sakral.

Pawai ini tidak hanya menyuguhkan tontonan budaya yang khas, tetapi juga memperlihatkan semangat gotong royong dan identitas kuat masyarakat Tabanan.

Keunikan dan Daya Tarik

Tradisi Okokan memiliki beberapa keistimewaan yang membuatnya berbeda:

  1. Seni Kerakyatan – Tidak seperti gamelan yang butuh keahlian khusus, Okokan mudah dimainkan sehingga bisa diikuti semua lapisan masyarakat.

  2. Irama yang Memukau – Dentangan massal yang berulang menciptakan efek trance, membawa pemain maupun penonton pada euforia bersama.

  3. Simbol Perlawanan – Sebagai ritual tolak bala, Okokan menjadi lambang perjuangan masyarakat menghadapi kesulitan dan wabah.

  4. Pemersatu Komunitas – Latihan hingga pementasan mempererat solidaritas, kebersamaan, dan rasa memiliki antarwarga.

Okokan di Masa Kini

Pemerintah Kabupaten Tabanan bersama komunitas budaya aktif melestarikan sekaligus mempromosikan Okokan sebagai ikon wisata budaya.

Tradisi ini kerap tampil dalam Tabanan Festival, menarik perhatian wisatawan lokal maupun mancanegara.

Dentangan khas Okokan terus bergema di hati masyarakat Tabanan sebagai pengingat kearifan leluhur.

Ia bukan hanya warisan budaya, melainkan juga pesan tentang kekuatan gotong royong: bahwa setiap wabah dan kesulitan dapat dihadapi bersama.

Bagi siapa pun yang berkunjung ke Tabanan, menyaksikan gelora Okokan adalah pengalaman budaya otentik yang memperlihatkan wajah lain dari Bali penuh semangat, solidaritas, dan kearifan lokal.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *