Hari ini, Presiden ke-8 Republik Indonesia, Prabowo Subianto, merayakan hari ulang tahunnya yang ke-74.
Sejak pagi, linimasa media sosial dan pemberitaan di berbagai media mainstream dipenuhi dengan ucapan selamat dan doa dari berbagai tokoh mulai dari pejabat kementerian, politikus lintas partai, hingga publik figur yang mengenalnya secara pribadi.
Namun, di antara derasnya ucapan dari kalangan elit, ada satu doa sederhana yang terasa begitu tulus.
Doa itu datang dari Mahendra, seorang warga Bali yang masih mengingat dengan jelas pertemuannya dengan Presiden Prabowo beberapa waktu lalu.
Pertemuan itu terjadi ketika Presiden Prabowo melakukan kunjungan ke Pasar Badung, meninjau langsung kondisi korban banjir yang melanda kawasan tersebut.
Di tengah kesibukan dan pengawalan ketat, Mahendra tak menyangka bisa berdiri begitu dekat dengan sang presiden.
“Saya tidak pernah menyangka bisa bersalaman dengan beliau. Saat itu suasananya penuh keharuan. Saya hanya warga biasa, tapi momen itu akan saya kenang sepanjang hidup,” ujar Mahendra dengan mata berbinar.
Baginya, bersalaman dengan presiden bukan sekadar momen fisik, tetapi juga simbol harapan seolah ada jembatan kecil yang menghubungkan rakyat dan pemimpinnya.
Dalam waktu yang singkat, ia merasakan ketulusan dan perhatian dari sosok yang kini memimpin negeri ini.
“Saya hanya bisa berdoa agar Bapak Presiden selalu diberi kesehatan dan kekuatan. Karena saya tahu, memimpin Indonesia bukan perkara mudah,” tambahnya.
Baca juga:
🔗 Presiden Prabowo Tinjau Pasar Kumbasari yang Terdampak Banjir, Disambut Antusias Warga Bali
Dalam setahun masa kepemimpinannya, Presiden Prabowo Subianto menunjukkan gaya kepemimpinan yang tegas, namun juga empatik.
Ia dikenal tak segan turun langsung ke lapangan, meninjau daerah-daerah terdampak bencana, berbicara dengan masyarakat, dan memastikan bantuan sampai ke tangan mereka yang membutuhkan.
Langkah-langkah seperti itu menjadi pengingat bahwa kepemimpinan sejati bukan hanya tentang keputusan besar di ruang rapat, tapi juga tentang sentuhan kecil di tengah rakyat.
Banyak masyarakat yang menilai, dalam periode awal pemerintahannya, Prabowo telah berupaya keras menjaga stabilitas nasional dan menekan berbagai potensi penyimpangan, terutama dalam kasus korupsi.
Fokus pemerintahannya pada transparansi dan ketegasan hukum dinilai membawa angin segar bagi publik.
Ucapan seperti yang disampaikan Mahendra mungkin tampak sederhana, tetapi justru dari kesederhanaan itulah terpancar ketulusan rakyat Indonesia.
Di tengah hiruk-pikuk politik dan dinamika pemerintahan, masih ada doa yang mengalir tanpa pamrih doa agar pemimpin tetap kuat, tetap jujur, dan tetap berpihak pada rakyat kecil.
“Saya percaya, setiap pemimpin punya sisi manusiawi yang juga butuh didoakan. Kita rakyat bisa ikut menjaga dengan cara yang sederhana lewat doa dan kepercayaan,” kata Mahendra menutup ceritanya.
Bagi sebagian orang, ulang tahun hanyalah peringatan usia. Namun bagi seorang presiden, ulang tahun adalah momen refleksi sejauh mana langkah yang telah diambil membawa perubahan bagi bangsa, dan seberapa besar cinta rakyat yang masih ia rasakan di jalan-jalan kecil negeri ini.
Di usia 74 tahun, Presiden Prabowo bukan hanya menjalani tanggung jawab sebagai kepala negara, tetapi juga sebagai simbol semangat pantang menyerah.
Ia mewakili generasi yang telah lama berjuang, namun tetap ingin memberi yang terbaik bagi masa depan bangsa.
Dari ucapan Mahendra di Bali, kita belajar bahwa jarak antara rakyat dan pemimpin tidak selalu sejauh yang tampak di televisi atau di balik pagar istana.
Kadang, sebuah jabat tangan singkat di tengah bencana mampu menghadirkan rasa kedekatan yang nyata bahwa negeri ini sesungguhnya dibangun oleh saling percaya, antara mereka yang memimpin dan mereka yang dipimpin.
Dan di hari ulang tahunnya yang ke-74 ini, doa rakyat seperti Mahendra mungkin lebih berharga daripada karangan bunga atau ucapan resmi. Sebab, dalam doa rakyatlah, seorang pemimpin menemukan kekuatannya yang paling sejati.