Gianyar, Bali – Ribuan warga Bali memadati upacara Ngaben Agung (Pelebon) untuk Ida I Gusti Ngurah Djelantik XXIV, Raja Blah Batu, di Gianyar, Bali. Prosesi sakral ini menghadirkan kemegahan budaya dan spiritualitas Hindu Bali, dengan lembu raksasa (Lembu Petara) sebagai wadah suci pembakaran jenazah sang tokoh adat.

Prosesi Sakral Penuh Makna
Ngaben Agung bukan sekadar ritual pemakaman, melainkan sebuah perjalanan spiritual untuk mengantarkan roh menuju alam dewata. Lembu raksasa yang digunakan dalam prosesi melambangkan kendaraan suci (wahana) bagi sang mendiang menuju kehidupan setelah kematian. Seluruh rangkaian upacara diiringi tabuhan gamelan tradisional (gong kebyar) dan doa-doa suci oleh pemangku adat.

Masyarakat Bali percaya bahwa Ngaben merupakan bentuk bhakti (pengabdian) terakhir kepada leluhur, sekaligus melepas ikatan duniawi agar arwah dapat mencapai moksha (kebebasan spiritual).

Kebersamaan dan Pelestarian Budaya
Upacara ini tidak hanya dihadiri keluarga kerajaan, tetapi juga warga dari berbagai daerah dan wisatawan yang ingin menyaksikan keunikan tradisi Bali. Prosesi yang telah turun-temurun ini memperlihatkan kekuatan gotong royong dan penghormatan terhadap adat istiadat.

“Ngaben Agung adalah wujud cinta dan bakti kami kepada leluhur. Ini juga menjadi momen mempererat tali persaudaraan,” ujar salah seorang warga yang turut serta dalam prosesi.

Menarik Perhatian Dunia
Budaya Ngaben Bali kerap menjadi daya tarik wisatawan mancanegara karena keunikan dan nilai filosofisnya. Prosesi ini tidak hanya tentang kematian, tetapi juga perayaan kehidupan dan keyakinan akan kelahiran kembali (reinkarnasi).

Dengan kemeriahan upacara ini, Bali kembali membuktikan diri sebagai pulau yang kaya akan tradisi dan spiritualitas, sekaligus menjaga warisan leluhur di tengah modernisasi.