Denpasar, Kemenparekraf.go.id — Pulau Bali kembali mencatat prestasi membanggakan di kancah internasional.
Dalam ajang Travel Choice Awards 2025, Bali dinobatkan sebagai destinasi wisata terbaik kedua di dunia, mengungguli kota-kota besar seperti Paris (Prancis) dan Queenstown (Selandia Baru).
Satu-satunya destinasi yang berada di atasnya adalah Kyoto, Jepang.
Penghargaan bergengsi ini diberikan berdasarkan jutaan ulasan wisatawan global, yang menilai destinasi dari empat aspek utama:
Dalam laporan resminya, Travel Choice Awards menilai Bali sebagai destinasi yang berhasil memadukan nilai-nilai spiritual, lanskap alam yang memukau, dan fasilitas modern tanpa meninggalkan akar budayanya.
“Bali adalah contoh ideal bagaimana tradisi dan kemajuan dapat berjalan beriringan. Di sini, Anda bisa menemukan ketenangan di hutan bambu Ubud, menikmati kemewahan resor di Nusa Dua, dan meresapi filosofi hidup masyarakat yang dalam,” tulis dewan juri.
Jika Kyoto unggul dalam pelestarian warisan sejarah, maka Bali dinilai lebih unggul dalam keterlibatan wisatawan dengan budaya lokal seperti ikut dalam upacara Melasti, belajar tari Legong, hingga membuat canang sari.
Bali tetap konsisten menjaga identitasnya. Tradisi, seni, dan ritual keagamaan masih menjadi bagian dari keseharian masyarakat, sekaligus terbuka bagi wisatawan untuk merasakan langsung.
Dari pantai Uluwatu dan Seminyak, sawah di Tegalalang, hingga desa adat seperti Penglipuran Bali menawarkan pengalaman yang sesuai untuk pelancong petualang, pencari kedamaian, maupun keluarga.
Infrastruktur internet yang terus membaik, banyaknya coworking space, dan suasana yang inspiratif menjadikan Bali rumah kedua bagi ribuan digital nomad dari berbagai negara.
Bali menyajikan ragam kuliner, mulai dari hidangan tradisional seperti babi guling dan ayam betutu, hingga kafe vegan dan restoran internasional. Semua selera dan gaya hidup mendapat ruang.
Bali aktif mendorong praktik ekowisata, seperti pelarangan plastik sekali pakai, pengelolaan limbah terpadu, serta pengembangan resor ramah lingkungan. Hal ini menarik wisatawan yang peduli terhadap lingkungan.
Bali bukan hanya tempat untuk dikunjungi sekali seumur hidup. Banyak wisatawan kembali berkali-kali, bahkan memilih menetap.
“Saya sering ke Bali, dan selalu ada hal baru untuk dieksplorasi. Rasanya seperti pulang,” ujar Naoko, wisatawan asal Jepang yang kini tinggal di Ubud.
Menurut data Dinas Pariwisata Bali, jumlah kunjungan wisatawan asing melonjak tajam sejak pandemi berakhir sebuah bukti bahwa daya pikat Bali tetap kuat di tengah persaingan global.
Di balik pencapaian, Bali juga menghadapi tantangan. Masalah kemacetan di kawasan Canggu dan kerusakan terumbu karang akibat kapal pesiar menjadi sorotan.
Pemerintah daerah bersama pelaku pariwisata terus mendorong inovasi, seperti:
Bagi dunia, Bali adalah surga tropis. Namun bagi masyarakatnya, Bali adalah cerminan dari Tri Hita Karana, harmoni antara manusia, alam, dan Tuhan.
“Bali bukan sekadar tempat berfoto. Ia adalah ruang untuk belajar hidup seimbang. Itulah sebabnya orang selalu ingin kembali,” ujar seorang tokoh masyarakat lokal.
Dengan predikat sebagai destinasi wisata terbaik kedua dunia, Bali kembali menegaskan posisinya sebagai mutiara pariwisata Indonesia.
Tugas selanjutnya adalah menjaga prestasi ini dengan tetap merawat kekayaan alam dan budaya yang menjadi jantung kehidupan Pulau Dewata.