Gemitir, Cahaya Kuning di Kaki Gunung

Keindahan bunga gemitir bermekaran di kaki gunung Bali.
Keindahan bunga gemitir berwarna kuning cerah, menghiasi alam Bali dengan pesona yang menenangkan

Di kaki Gunung Agung yang megah dan sakral, tumbuh bunga-bunga kecil berwarna jingga keemasan gemitir, atau marigold dalam bahasa asing. Namun, bagi masyarakat Bali, bunga ini jauh lebih dari sekadar hiasan alam. Ia adalah lambang cahaya suci, persembahan, dan penghormatan kepada para Dewa.

 

Dalam spiritualitas Bali, warna kuning gemitir bukan sekadar pilihan estetika. Ia merepresentasikan cahaya Ilahi, kebijaksanaan, dan kebangkitan spiritual. Setiap kelopaknya mengandung makna: bahwa di tengah arus kehidupan yang terus berubah, selalu ada ruang untuk ketenangan yang bisa dicapai melalui penghormatan dan kesadaran diri.

 

Gemitir hadir hampir di setiap upacara suci, mulai dari canang sari harian yang diletakkan di pura rumah tangga, hingga upacara besar seperti Galungan, Kuningan, dan Ngaben. Ia disusun dengan rasa hormat, sebagai bentuk persembahan tulus dari hati manusia kepada para Dewa dan leluhur.

 

Lebih dari itu, gemitir juga dipercaya sebagai bunga pelindung. Aromanya yang khas diyakini mampu mengusir energi negatif dan roh jahat. Karena itu, bunga ini kerap digunakan dalam ritual penyucian diri seperti melukat, membantu mensucikan raga sekaligus menenangkan jiwa.

 

Dalam setiap prosesi adat dan spiritual, gemitir tampil anggun di canang sari, gebogan, hingga upacara besar di pura. Warna kuningnya melambangkan kekuatan cahaya Ilahi, membasuh ruang dengan getaran positif, dan mengundang restu dari alam semesta.

 

Gemitir bukan hanya mekar di ladang, tapi juga di hati masyarakat Bali menyatu dalam doa, beriringan dengan aroma dupa, dan menjadi jembatan antara manusia, alam, serta roh leluhur.

 

Di antara gemuruh Gunung Agung dan semilir angin sawah, gemitir mekar sebagai pengingat bahwa kesederhanaan bisa menjadi jalan menuju ketenangan jiwa, dan bahwa dalam setiap helai bunga, tersembunyi doa dan harapan yang tulus.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *