Gunung Rinjani, mahkota megah di Pulau Lombok, menjulang gagah sebagai salah satu dari tujuh puncak tertinggi di Indonesia (7 Summits Indonesia).
Dengan ketinggian 3.726 meter di atas permukaan laut, gunung berapi aktif ini bukan sekadar destinasi wisata.
Ia adalah galeri alam yang menakjubkan memamerkan panorama luar biasa sekaligus menjadi medan ujian bagi kekuatan fisik, ketangguhan mental, dan kesiapan setiap pendaki yang menapaki jalurnya.
Perjalanan menuju puncak Rinjani adalah dialog penuh intensitas dengan alam liar. Para pendaki harus menghadapi:
Vegetasi tangguh, seperti semak edelweiss dan pohon-pohon yang tumbuh di antara batu lava, menjadi saksi bisu perjuangan manusia melawan gravitasi dan kelelahan.
Namun di balik perjuangan tersebut, tersimpan hadiah yang luar biasa panorama Kawah Segara Anak yang memesona dengan air danau berwarna pirus, serta lanskap Lombok yang membentang indah sejauh mata memandang.
Keindahan ini hadir sebagai kontras yang mencolok terhadap kerasnya perjalanan pendakian.
Di balik pesona dan keagungannya, Rinjani menyimpan kisah duka. Belum lama ini, seorang wisatawan asal Brasil, Juliana Marins (27), ditemukan meninggal dunia setelah terjatuh ke jurang saat menuju puncak.
Proses evakuasi oleh tim gabungan (Basarnas, BPBD, TNI, Polri) berlangsung sulit, karena medan yang ekstrim dan akses yang terbatas. Setelah upaya panjang, jenazah berhasil dievakuasi pada pukul 13.51 WITA.
Kejadian ini bukanlah yang pertama. Ia menjadi pengingat keras bahwa Rinjani bukan taman bermain, melainkan wilayah liar yang menuntut:
Rinjani adalah guru alam yang keras namun jujur. Ia mengajarkan:
Jangan pernah meremehkan alam, sebab keindahannya sering kali menyembunyikan potensi bahaya yang tak terduga. Cuaca bisa berubah drastis, medan bisa menjadi licin, dan jurang selalu mengintai.
Baca juga:
🔗 3805 Mdpl: Kerinci, Sang Guru yang Mengajarkan Keberanian dan Kerendahan Hati
Gunung Rinjani menawarkan pengalaman mendaki yang tak tertandingi keindahan yang membius jiwa dan pelajaran hidup yang dalam.
Namun, gunung ini hanya akan menjadi “surga” bagi mereka yang datang dengan persiapan matang, mental dan fisik teruji, serta didampingi oleh pemandu profesional.
Bagi mereka yang bersikap gegabah atau datang dengan persiapan seadanya, Rinjani bisa berubah menjadi “perjalanan tanpa kepulangan”.
Hormatilah gunung. Persiapkan diri sebaik mungkin. Jadikan setiap pendakian bukan hanya petualangan, tapi juga perjalanan pulang yang selamat.
Rinjani menunggu namun hanya bagi mereka yang siap dan tahu caranya menghormati alam.