Dari Desa Keliki ke Australia Kisah Gusti Ayu Membuka Jalan

Gusti Ayu Raka Erawati bersiap berangkat ke Australia, simbol ketekunan dan solidaritas keluarga.
Gusti Ayu Raka Erawati (59) berfoto sebelum berangkat ke Australia, membuktikan bahwa ketekunan dan solidaritas keluarga mampu menembus batas negara

Perjuangan 35 Tahun Perempuan Bali Menjembatani Mimpi Generasi Penerus di Negeri Kanguru

Gianyar, Bali – Di tengah ketatnya kebijakan visa Australia yang menuntut sponsor dan stabilitas ekonomi, seorang perempuan asal Desa Keliki, Gianyar, membuktikan bahwa ketekunan dan solidaritas keluarga mampu menembus batas negara.

Dialah Gusti Ayu Raka Erawati (59), yang selama lebih dari 35 tahun tidak hanya membangun kehidupan mapan di Queensland, Australia, tetapi juga menjadi jembatan harapan bagi belasan anggota keluarganya melalui jalur pendidikan dan kerja terampil.

Pernikahan yang Membuka Pintu Kesempatan

Kisah inspiratif ini bermula pada 1994, saat Gusti Ayu menikah dengan seorang pria asal Australia yang dikenalnya di Bali. Setelah menetap di Queensland, ia tetap menjaga hubungan erat dengan tanah kelahirannya.

“Saya ini orang desa yang diberi kesempatan merasakan pendidikan dan kehidupan di luar negeri. Sekarang, tugas saya adalah membuka akses serupa bagi saudara-saudara saya yang mau,” ujarnya saat ditemui dalam kunjungannya ke Bali pekan lalu.

Bertindak sebagai sponsor, ia telah membantu keponakan, adik, dan sepupunya mengikuti program visa kerja terampil di sektor-sektor yang mengalami kekurangan tenaga kerja di Australia, seperti perhotelan, pertanian, dan perawatan lansia.

“Mereka tidak hanya bekerja, tapi juga belajar disiplin, bahasa, dan cara mengelola penghasilan,” tambahnya.

Menjejak Dua Dunia, Menjaga Dua Akar

Kini, Gusti Ayu dikenal sebagai pemilik usaha restoran (Nini Warung) dan villa di Bali, sekaligus pengusaha properti di Ubud serta pengelola program pertukaran budaya Bali–Australia.

“Setiap tahun saya pulang 3–4 kali untuk memantau usaha di Bali sekaligus menjemput anggota keluarga yang siap berangkat,” tuturnya sembari memperlihatkan dokumentasi pelatihan keponakannya di bidang perhotelan.

Baru-baru ini, ia kembali ke Australia bersama cucunya, Gusti Ayu Gita Prabasanti, yang masih duduk di bangku SMA.

Gusti Ayu Raka Erawati (59) berfoto bersama saudaranya yang ia dampingi selama tiga tahun kuliah di Australia. Kini, setelah lulus, mereka kembali bersama ke Negeri Kangguru

“Ini peluang emas. Selama setahun, ia akan magang di usaha katering saya sambil mengikuti kursus bahasa. Kalau serius, jalan untuk studi atau kerja permanen akan terbuka,” ungkapannya. Visa pelatihan Subclass 407 pun telah disetujui.

Solidaritas yang Melahirkan Efek Berganda

Kisah Gusti Ayu bukan sekadar cerita migrasi, melainkan tentang membangun perubahan kolektif. Kini, salah satu cucunya telah menjadi chef di Australia, sementara seorang keponakan laki-lakinya mengelola bisnis keluarga di Bali.

“Mereka kini bisa menyekolahkan anak ke universitas, membeli rumah, bahkan berinvestasi di kampung halaman. Itu kebanggaan terbesar saya,” ucapnya dengan mata berkaca-kaca.

Kunci Keberhasilan: Etos Kerja dan Transparansi

Menurut Gusti Ayu, kunci keberhasilan terletak pada kejujuran dan rasa tanggung jawab yang tinggi.

“Saya selalu ingatkan keluarga: visa itu bentuk kepercayaan. Satu kesalahan bisa menutup pintu bagi semuanya,” tegasnya.

Ia juga menekankan pentingnya adaptasi budaya.


“Jangan cuma cari uang. Pelajari juga budaya dan aturan di sini. Etos kerja dan sikap hormat adalah kunci untuk diterima masyarakat Australia,” tambahnya.


Baca juga:
🔗 Yuesta Perjuangan Gadis Bali di Australia


Penutup: Satu Visa, Satu Kesempatan, Satu Generasi

Dari sebuah desa kecil di Gianyar, Gusti Ayu Raka Erawati telah membuktikan bahwa batas geografis bukanlah halangan untuk menciptakan warisan yang bermakna.

Ia telah menenun benang solidaritas antara Bali dan Australia satu visa, satu kesempatan, satu generasi pada satu waktu.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *