Banyak orang menekuni seni layang-layang di dunia, khususnya di Bali. Namun, hanya sedikit yang mampu memadukan unsur seni, teknik, dan presisi hingga karya mereka benar-benar bisa terbang di langit, bukan sekadar menjadi pajangan.
Salah satu di antara sedikit nama itu adalah Kadek Dwi Armika, seniman asal Sanur, Bali.
Kadek Armika dikenal sebagai sosok yang tidak hanya menciptakan karya layang-layang yang indah, tetapi juga penuh perhitungan presisi dalam setiap detailnya.
Ia memastikan setiap karyanya mampu terbang dengan sempurna sebelum akhirnya dipajang di resort atau galeri seni.
Baru-baru ini, salah satu karyanya yang berjudul “Barunaya” dipamerkan di Noema Resort, Pererenan, Bali.
Sebelum dipajang secara permanen, Kadek Dwi Armika dan timnya bahkan sempat melakukan atraksi menerbangkan karya tersebut, sebuah bentuk penghormatan terhadap proses kreatif dan filosofi di baliknya.
Baca juga:
🔗 Kadek Armika: Suara Alam Bali dalam Bentuk Layang-Layang
“Barunaya” berasal dari dua kata Sanskerta, Baruna, yang berarti “laut”, dan Naya, yang berarti “jalan” atau “arah”.
Melalui karya ini, Kadek Dwi Armika mengekspresikan perjalanan esensi memori laut; hubungan antara kelenturan alam dan simbol transisi kehidupan.
Karya ini dimulai dari pesisir Pererenan, tempat laut bertemu dengan daratan. Di sinilah rumput laut tumbuh di antara terumbu karang bukan sekadar flora, melainkan penanda waktu dan sisa-sisa masa lalu yang mempengaruhi masa depan.
Kadek Dwi Armika mengubah bentuk-bentuk alami ini menjadi pola abstrak batu dan daun kayu, mewakili siklus kehidupan yang mengaburkan batas antara darat dan laut.
Pada modul ini, Kadek Dwi Armika mengeksplorasi metamorfosis kehidupan laut, di mana karang dan rumput laut bertransformasi menjadi pola abstrak.
Tekstur yang dihadirkan dari batu yang kasar hingga kayu yang halus mencerminkan dua sisi laut: tenangnya permukaan dan bergolaknya kedalaman.
Ia menciptakan ruang transisi yang merefleksikan dinamika pasang surut, seolah mengingatkan bahwa laut adalah proses yang terus berubah dan beregenerasi.
Sebagai modul terakhir, Kadek Dwi Armika menampilkan terumbu karang sebagai simbol ketahanan dan keterhubungan.
Dalam Barunaya, terumbu karang bukan sekadar struktur fisik, melainkan penjaga kehidupan laut dan keseimbangan ekosistem.
Integrasi karya ini dengan lanskap Noema Resort menunjukkan bagaimana ruang manusia dapat berdampingan dengan alam secara harmonis mengajak siapa pun yang melihatnya untuk merasakan denyut laut dan memahami perannya dalam menjaga keseimbangan bumi.
Baca juga:
🔗 Pesona Alam dan Spiritual Uluwatu: Harmoni Tebing, Laut, dan Pura Suci
Bagi Kadek Dwi Armika, layang-layang bukan sekadar karya seni yang terbang di langit, tetapi simbol keterhubungan antara laut dan darat, masa lalu dan masa depan, abstrak dan nyata. Ia menciptakan harmoni antara bentuk dan makna, antara sains dan spiritualitas.
Saat Barunaya mengudara di atas pantai Pererenan, ia membawa pesan tentang keindahan laut, kehidupan terumbu karang, serta keseimbangan alam yang rapuh namun berharga.
Baca juga:
🔗 Menerbangkan Layangan Janggan: Sinergi Angin, Tradisi, dan Kerja Sama Tim
Kini, karya-karya Kadek Dwi Armika telah tersebar di berbagai penjuru Bali dan bahkan di kancah internasional.
Ia bukan hanya seorang pembuat layang-layang, tetapi seorang seniman yang menerbangkan filosofi kehidupan ke langit, mengingatkan kita untuk senantiasa menjaga hubungan yang harmonis dengan alam.