BALI – Di balik jabatan mentereng yang disandang Kombes. Pol. Rachmat Hendrawan, tersimpan kisah hidup penuh liku, kerja keras, dan ketulusan.
Lahir di Cimahi pada 27 September 1971, ia menghabiskan masa kecil hingga remajanya di Kalimantan, mengikuti penugasan sang ayah yang merupakan anggota TNI.
Sejak muda, Rachmat dikenal aktif berolahraga. Ia sempat bergabung Persiba Yunior dan pindah ke Kalsel Banjarmasin saat naik kelas 3 SMA.
Penampilannya dalam pertandingan SMA 1 vs STM menarik perhatian Rektor Universitas Mulawarman dan ditawari bergabung dengan Barito Putera dengan gaji Rp400.000 jumlah besar pada masa itu. Namun arah hidupnya berubah karena dorongan sang ayah.
“Masuk Akabri awalnya bukan cita-cita saya. Tapi karena dorongan ayah, saya mencoba mendaftar, dan ternyata diterima,” kenangnya.
Rachmat lulus dari Akpol pada 1995, meskipun sempat tertunda dari jadwal seharusnya di tahun 1994.
Karirnya dimulai dengan dedikasi tinggi dan loyalitas terhadap institusi. Meski sang ayah sempat menyarankan agar tidak memilih satuan Brimob, takdir justru membawanya berkarier gemilang di satuan tersebut.
“Saya awalnya dikjur dasar Sabhara, tapi penempatan membawa saya ke Brimob. Dari situlah perjalanan ini dimulai,” ujarnya.
Di tengah padatnya tugas, Rachmat tetap menempatkan keluarga sebagai prioritas. Ia merawat sang ibu yang mengalami stroke hingga tiga kali, bahkan sempat mengambil cuti pendidikan untuk mendampingi beliau.
“Di malam terakhir, saya bisikkan bahwa saya ikhlas jika ibu ingin pergi. Esok subuh, ibu benar-benar berpulang. Saya yakin doa beliau selalu menyertai saya,” ungkapnya penuh haru.
Ia menikahi Haslinda, asli Bugis Mandar yang ia temui di Kabupaten Buton. Mertuanya adalah seorang anggota TNI AD. Dari pernikahan ini, mereka dikaruniai tiga anak:
“Kebanggaan saya bukan karena mereka sukses, tetapi karena mereka bahagia dengan pilihan hidupnya,” tegas Rachmat.
Sebagai pemimpin, Rachmat menjunjung tinggi nilai kesederhanaan, kedisiplinan, dan empati. Ia mengapresiasi suasana Bali yang tenang dan tertib.
“Keteraturan di Bali adalah buah dari keyakinan masyarakat akan hukum karma. Budaya ini membuat tugas kepolisian menjadi lebih ringan dan efisien,” ujarnya.
Sebelumnya, ia sempat tiga kali ditawari penugasan di Bali, dan baru menjabat di Pulau Dewata saat menjadi Dansat Brimob Polda Bali.
Pengalamannya di berbagai daerah menjadikannya pemimpin yang fleksibel dan bijak. Baginya, komunikasi, keteladanan, dan ketegasan adalah fondasi utama dalam memimpin.
Kombes. Pol. Rachmat Hendrawan bukan sekadar perwira menengah dengan jabatan strategis. Ia adalah sosok yang berhasil menyeimbangkan pengabdian kepada negara dengan cinta kepada keluarga.
Dari lapangan sepak bola di Banjarmasin hingga ruang komando di Polda Bali, jejak pengabdiannya menjadi inspirasi bagi banyak generasi.
“Hidup ini harus dijalani dengan banyak bersyukur baik saat senang, susah, memiliki jabatan, ataupun tidak,” tuturnya.
Kini, setelah menyelesaikan pendidikan Sesko TNI, ia merasa siap menapaki fase hidup berikutnya. Yang terpenting baginya, anak-anaknya telah menemukan jalan hidupnya masing-masing, dan itu yang membuat hatinya tenang.