Pulau Bangka, bagian dari Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, tak hanya memikat dengan pesona pantainya yang eksotis dan sejarah tambangnya yang kaya, tetapi juga lewat ragam kulinernya yang menggugah selera.
Di antara sekian banyak hidangan khas, Lempah Kuning menempati posisi istimewa sebagai simbol masakan rumahan yang penuh cita rasa dan nilai budaya.
Lempah Kuning adalah masakan berkuah khas Bangka yang menggunakan ikan sebagai bahan utama, dimasak dalam kuah berwarna kuning yang berasal dari kunyit alami.
Istilah “lempah” dalam bahasa Bangka berarti masakan berkuah atau sup, sementara “kuning” merujuk pada warna kuahnya yang mencolok dan kaya rempah.
Hidangan ini sering disajikan dalam acara keluarga, hajatan, hingga hari-hari biasa sebagai santapan utama.
Rasanya yang menyegarkan karena perpaduan asam, pedas, dan gurih membuat lempah kuning menjadi favorit masyarakat lokal dan juga wisatawan yang datang mencicipi keotentikan rasa Bangka.
Salah satu kekuatan lempah kuning terletak pada kesederhanaan bahannya. Tidak memerlukan banyak jenis bumbu, tetapi kombinasi yang tepat mampu menghadirkan rasa yang kuat dan kompleks. Berikut bahan utamanya:
Semua bumbu dihaluskan, ditumis sebentar, lalu dimasak bersama air dan potongan ikan. Prosesnya tidak memerlukan waktu lama, tapi harus hati-hati agar ikan tidak hancur dan bumbu meresap sempurna.
Lempah kuning dikenal dengan kombinasi rasa yang tajam namun seimbang kuahnya berwarna kuning cerah, kental dengan rasa asam dan pedas yang segar.
Di suapan pertama, kita akan merasakan sensasi hangat dari kunyit dan lengkuas, diikuti semburat asam dari belimbing atau nanas yang menggugah selera makan.
Baca juga:
🔗 Sajen: Simbol Rasa Syukur dalam Keseharian Masyarakat Bali
Masakan ini sangat cocok disantap dengan nasi putih hangat, sambal terasi, dan kerupuk. Tak jarang, warga Bangka juga menyajikannya dengan mie kuning, menjadi hidangan “mie lempah” yang juga populer di warung-warung tradisional.
Lempah kuning bukan hanya soal rasa, tapi juga identitas. Di banyak keluarga Bangka, resep lempah kuning diturunkan dari generasi ke generasi.
Setiap rumah memiliki sentuhan unik ada yang menambahkan serai, ada yang memilih ikan laut tertentu, dan ada pula yang memperkaya kuah dengan daun kunyit atau asam jawa.
Dalam budaya masyarakat Bangka, memasak lempah kuning adalah bentuk perayaan atas keberkahan laut, bentuk syukur atas rezeki yang didapat dari alam, serta wujud cinta kepada keluarga melalui hidangan hangat yang mengumpulkan semua anggota rumah di meja makan.
Seiring meningkatnya wisata kuliner dan promosi budaya lokal, lempah kuning mulai dikenal luas bahkan hingga luar Pulau Bangka.
Beberapa restoran di Jakarta, Palembang, dan kota-kota besar lainnya kini mulai menghadirkan menu lempah kuning sebagai representasi dari masakan Melayu Bangka.
Meski begitu, menyantap lempah kuning langsung di Bangka tetap memberikan kesan berbeda dengan ikan segar langsung dari nelayan, sayuran lokal yang alami, dan tentunya kehangatan dari tangan-tangan ibu yang memasaknya dengan cinta.
Lempah kuning bukan sekadar masakan, tetapi sebuah warisan yang harus dilestarikan. Di balik kesederhanaannya, tersimpan filosofi, sejarah, dan rasa cinta dari masyarakat Bangka terhadap tanah kelahirannya dan laut yang menghidupi mereka.
Sebagai generasi sekarang, kita memiliki tanggung jawab untuk menjaga agar cita rasa lokal ini tidak tenggelam oleh arus modernitas.
Memasak, mencicipi, dan mengenalkan lempah kuning kepada anak-anak dan pengunjung luar adalah bentuk kecil namun berarti dalam menjaga identitas kuliner Nusantara.
Jadi, jika suatu hari Anda menjejakkan kaki di Pulau Bangka, jangan lupa untuk mencicipi sepiring lempah kuning.
Biarkan rempah dan rasa alamnya membawa Anda lebih dekat pada budaya dan kehangatan masyarakat pulau timah ini.