Sulawesi Selatan (Sulsel) tengah menunjukkan sinyal kuat untuk menjadi primadona baru pariwisata Indonesia.
Dengan dukungan infrastruktur modern seperti kehadiran pesawat amfibi (seaplane), pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), serta pelaksanaan berbagai event berskala nasional hingga internasional.
Sulsel semakin siap menyaingi destinasi besar seperti Bali dan Labuan Bajo.
Baca juga:
🔗 Bisnis Hospitality di Labuan Bajo: Di Balik Pesona Surga Wisata, Tersimpan Tantangan SDM
Namun demikian, seperti yang disampaikan oleh Plt. Ketua DPD Partai Hanura Sulsel, Brigjen Pol (Purn) Dr. Drs. Adeni Muhan Daeng Pabali, M.M., potensi besar ini masih belum tergarap maksimal.
Ia menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor, peningkatan kualitas sumber daya manusia, pengelolaan lingkungan yang bijaksana.
Serta promosi digital yang inovatif dan konsisten untuk mendongkrak daya saing Sulsel dalam peta pariwisata nasional maupun internasional.
Dalam kunjungannya ke Bali, Adeni Muhan mengalami momen reflektif yang membangkitkan semangat baru.
Duduk santai di bawah payung dan beanbag khas Pantai Kuta sambil menikmati secangkir kopi, ia merenungkan potensi besar kampung halamannya, Sulawesi Selatan.
“Jika Bali bisa memikat dunia dengan pelayanan prima dan pengalaman wisata yang terkelola dengan baik, mengapa Sulsel tidak bisa?” ujarnya.
Baca juga:
🔗 Senyum dan Ketulusan Karyawan Restoran di Pantai Sanur, Cerminan Bali yang Dirindukan
Sulsel sejatinya memiliki semua unsur yang dibutuhkan, kekayaan budaya yang mengakar kuat, pantai-pantai alami yang masih perawan, potensi wisata kopi di dataran tinggi Toraja.
Hingga berbagai atraksi menarik seperti Kite Surfing Competition di Jeneponto dan Festival Pinisi di Bulukumba.
Bahkan, keberadaan Danau Matano salah satu danau terdalam di Asia Tenggara dengan panorama yang memesona menjadi bukti nyata bahwa Sulsel menyimpan kekayaan alam luar biasa yang belum banyak diangkat ke permukaan.
Setiap tahunnya, Sulawesi Selatan menyuguhkan kalender event yang padat dan variatif, mencerminkan kekayaan karakter wilayahnya.
Mulai dari pesta adat di dataran tinggi Tana Toraja, festival kuliner khas Bugis-Makassar, hingga lomba-lomba olahraga bahari di pesisir selatan, semuanya menunjukkan potensi besar dalam membangun citra daerah sebagai destinasi unggulan.
Namun menurut Adeni, hal ini belum cukup. Kalender event hanyalah satu bagian dari ekosistem pariwisata.
Yang lebih penting adalah bagaimana membangun sumber daya manusia yang siap melayani, kreatif dalam mengelola potensi lokal, dan mampu menyesuaikan diri dengan kebutuhan wisatawan global.
Tanpa itu, seluruh atraksi dan keindahan hanya akan menjadi potensi yang tidak tersentuh.
Baca juga:
🔗 Hidup dengan UMP di Bali: Realita Para Pekerja
Masa depan pariwisata Sulawesi Selatan sangat menjanjikan, ia tidak kekurangan destinasi, budaya, maupun pesona alam.
Yang dibutuhkan hanyalah keberanian untuk berbenah, konsistensi dalam pembangunan, dan strategi jangka panjang untuk menjadikan pariwisata sebagai sektor andalan yang inklusif.
Baca juga:
🔗 Bali Tak Pernah Sepi: Vibrasi Pulau Dewata yang Terus Mengikat Dunia
Dengan semangat kolaboratif antara pemerintah, pelaku industri, komunitas lokal, dan generasi muda yang kreatif, Sulawesi Selatan sangat mungkin bangkit menjadi ikon baru pariwisata Indonesia.
Karena sejatinya, mimpi besar membutuhkan aksi nyata dan Sulsel sudah memiliki fondasinya.