Kehidupan berkeluarga sejatinya adalah perjalanan bersama beberapa insan di dalamnya suami, istri, dan jika diberi anugerah, anak-anak.
Orang tua, dalam hal ini suami dan istri, memegang peran penting dalam mengarahkan arah bahtera rumah tangga.
Apalagi jika anak-anak masih kecil, mereka belum memahami apa yang dipertontonkan oleh kedua orang tuanya. Setiap tindakan dan keputusan orang tua akan menjadi cerminan bagi masa depan anak-anak mereka.
Baca juga:
🔗 Tantangan Menjadi Orang Tua Zaman Sekarang
Baru-baru ini, publik dikejutkan oleh sebuah kisah yang ramai diperbincangkan di media sosial.
Isu yang beredar menyebutkan bahwa seorang suami menceraikan istrinya hanya beberapa hari sebelum sang istri dilantik sebagai Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK). Kejadian ini pun langsung menarik perhatian masyarakat luas.
Peristiwa ini terjadi di Aceh Singkil, Provinsi Aceh. Seorang wanita bernama Melda Safitri (33) diceraikan suaminya dua hari sebelum ia dilantik dan menerima Surat Keputusan (SK) sebagai PPPK.
Sebagai informasi, PPPK adalah Warga Negara Indonesia yang diangkat oleh instansi pemerintah untuk bekerja sebagai aparatur sipil negara (ASN) berdasarkan perjanjian kerja dalam jangka waktu tertentu. PPPK merupakan bagian dari ASN, sejajar dengan Pegawai Negeri Sipil (PNS).
Kisah Melda pertama kali viral setelah dibagikan melalui akun media sosial Facebook. Akun bernama Safitri Alshop Aceh yang diketahui milik Melda membagikan pengalamannya yang menyentuh hati banyak orang.
Dalam video berdurasi 1 menit 30 detik yang diunggah oleh akun Rita Sugiarti Ricentil Panggabean, terlihat Melda diantar oleh sejumlah tetangganya menaiki mobil L300, membawa barang-barang rumah tangga menuju kampung halamannya di Aceh Selatan.
Momen itu memperlihatkan kesedihan sekaligus kekuatan seorang perempuan yang harus pulang dengan hati hancur, namun tetap tegar menghadapi kenyataan.
Baca juga:
🔗 Perjalanan Seorang Ibu: Dari Rasa Sakit Menjadi Cinta yang Tak Terbatas
Kisah ini menjadi bahan refleksi bagi banyak orang. Dahulu, ada pepatah yang mengatakan “Di balik kesuksesan seorang pria, ada wanita hebat di belakangnya.” Namun, di era modern yang semakin terbuka ini, pepatah itu seringkali tak lagi relevan.
Baik pria maupun wanita kini sama-sama berjuang, sama-sama bekerja keras, dan sama-sama menghadapi tuntutan hidup yang kompleks.
Peristiwa ini juga memperlihatkan bagaimana media sosial bisa menjadi ruang empati sekaligus penghakiman. Melda justru mendapat banyak dukungan dan simpati dari masyarakat.
Banyak yang mengirimkan pesan semangat, bahkan bantuan tunai untuk meringankan beban hidupnya bersama anak-anak.
Sebaliknya, sang suami justru menuai kritik tajam, bahkan ada yang meminta agar pemerintah meninjau status kepegawaiannya.
Baca juga:
🔗 Di Balik Senyum dan Amarah: Topeng yang Kita Kenakan Setiap Hari
Dari kisah ini, ada pelajaran berharga yang bisa dipetik. Menikah bukan sekadar memenuhi tuntutan keluarga, masyarakat, atau lingkungan. Menikah membutuhkan kesiapan mental, emosi, dan tanggung jawab.
Karena ketika dua insan yang tidak siap bersatu, maka rumah tangga yang awalnya dibangun atas dasar cinta bisa berubah menjadi medan luka yang saling menyakiti. Anak-anak pun akan menjadi saksi yang tidak seharusnya melihat perpecahan itu.
Kehidupan berkeluarga memang tidak mudah. Tapi seharusnya, setiap keputusan yang diambil dalam pernikahan terutama yang melibatkan perpisahan tidak dilakukan dengan emosi sesaat atau gengsi pribadi.
Karena di balik keputusan itu, ada hati yang terluka dan masa depan anak-anak yang terpengaruh.
Kisah Melda bukan sekadar berita viral, tetapi sebuah cermin bagi kita semua untuk belajar memahami makna tanggung jawab, empati, dan kematangan dalam berumah tangga.