Puja Astawa: Dari Konten Hiburan ke Dokumenter Budaya

Puja Astawa, kreator konten asal Bali, beralih dari hiburan ke dokumenter budaya untuk melestarikan kearifan lokal.
Puja Astawa, kreator konten asal Bali yang dikenal melalui video-video hiburan bernuansa lokal, kini merambah ke dunia dokumenter budaya. (Foto: Moonstar)

Di era media sosial, batas antara publik figur dan masyarakat biasa kian memudar. Jika dulu seseorang harus memenuhi berbagai kriteria untuk tampil di media massa, kini siapapun bisa membentuk citra diri melalui platform pribadi.

Media sosial bukan lagi semata-mata alat pemenuhan kebutuhan pasar, melainkan telah menjadi ruang ekspresi sekaligus penegasan identitas.

Salah satu sosok yang berhasil

Salah satu sosok yang berhasil memanfaatkan transformasi ini adalah Puja Astawa, kreator konten asal Bali yang dikenal lewat video-video hiburan bernuansa lokal.

Tak sekadar lucu, kontennya sering menyuguhkan perspektif segar tentang kehidupan dan budaya Bali.

Setiap unggahan terasa dekat mengandung pesan yang menyentuh secara emosional maupun sosial.


Nama Puja Astawa mencuri perhatian luas saat pandemi COVID-19 melanda. Lewat video berbahasa Bali dengan terjemahan Bahasa Indonesia, ia menjangkau penonton lintas daerah dan generasi.


Gaya bicaranya yang khas, dikombinasikan dengan kepekaan terhadap realitas sehari-hari, membuat banyak orang merasa terhubung.

Tak heran jika sapaan akrab “Hai, Puja!” kini menjadi ciri khas interaksi dengan para penggemarnya.

Baca juga:
🔗 Puja Astawa: Kreator Hiburan dan Pembuat Film Tradisi Bali

Menapaki Dunia Dokumenter Budaya

Kini, Puja tak lagi terbatas pada konten komedi. Ia mulai menapaki ranah dokumenter, menggali lebih dalam akar-akar tradisi dan warisan budaya Bali.

Salah satu karyanya yang telah rampung adalah dokumenter tentang tradisi Mekotek ritual tolak bala menggunakan tombak kayu berhias yang sarat makna.

Ia juga tengah menyelesaikan proyek dokumenter tentang Perang Pandan di Tenganan, sebuah tradisi penuh simbol yang menguji keberanian, di mana para lelaki berkelahi menggunakan daun pandan berduri.


Pengalaman langsung mengikuti Perang Pandan meninggalkan kesan mendalam bagi Puja. Bukan hanya karena rasa perih akibat luka gores, melainkan juga karena interaksi yang intens dengan masyarakat adat.

Dari situ, tumbuh tekadnya untuk lebih menyatu dengan komunitas, menggali nilai-nilai dan filosofi hidup masyarakat Bali secara autentik.

Baca juga:
🔗 Perang Pandan Bali: Keindahan dan Kegemilangan Tradisi Leluhur

Komitmen Berkarya dengan Hati

Ketika ditanya soal ketertarikannya untuk membuat konten yang lebih menyentuh sisi emosional layaknya yang dilakukan beberapa tokoh besar di Indonesia Puja menjawab santai, namun penuh keyakinan:

“Siap… ingin lebih dekat lagi.”


Jawaban singkat itu mencerminkan semangatnya untuk terus tumbuh, bukan hanya sebagai penghibur, tetapi juga sebagai penyambung cerita budaya Bali kepada dunia.


Dengan pendekatan yang ringan namun penuh makna,
Puja Astawa menunjukkan bahwa konten budaya tidak harus kaku dan formal. Ia mengemasnya dengan sentuhan segar, otentik, dan menyenangkan.

Langkah barunya di dunia dokumenter patut dinantikan karena lewat karya-karya itu, kita tak hanya dihibur, tapi juga diajak memahami lapisan-lapisan terdalam dari kearifan lokal yang mungkin selama ini terabaikan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *