Dari Imigrasi ke Brimob: Perjalanan Dedikasi Adijaya, Ajudan Muda di Satuan Elite Bali

Adijaya, ajudan Kombes Pol. Rachmat Hendrawan, bertugas di lingkungan Satuan Brimob Polda Bali.
Adijaya merupakan salah satu ajudan dari Kombes Pol. Rachmat Hendrawan, yang saat ini menjabat sebagai Komandan Satuan Brimob Polda Bali. (Foto: Dokumentasi)

Di tengah dinamika tugas satuan elite Kepolisian Indonesia, sosok Adijaya mencuri perhatian. Ia dikenal bukan hanya sebagai ajudan Kepala Satuan (Dansat) Brimob Polda Bali, Kombes Pol.

Rachmat Hendrawan, tetapi juga sebagai representasi semangat pemuda Bali asal Desa Abiansemal Dauh Yeh Cani yang penuh komitmen.

Putra asli Pulau Dewata ini dengan bangga membawa nama daerahnya dalam setiap langkah pengabdiannya di Korps Brigade Mobil (Brimob), satuan andalan Polri yang dikenal dengan moto Wira Ananta Rudira Prajurit Pemberani Tiada Akhir.

Awal Tak Terduga: Antara Imigrasi dan Lembah Baret

Perjalanan karier Adijaya dimulai dari arah yang tak pernah ia bayangkan. Setelah menuntaskan pendidikan S1, ia dihadapkan pada pilihan jalur karier.

“Impian awal saya adalah berdinas di Imigrasi,” akunya dalam perbincangan santai di sela kesibukan tugas. Kefasihannya berbahasa Inggris menjadi modal utama yang ia harap berguna dalam pelayanan di perbatasan negara.

Namun takdir berkata lain, saat tengah menanti hasil seleksi Imigrasi, muncul pengumuman rekrutmen bintara Polri.

Adijaya memutuskan mengikuti keduanya secara bersamaan sebuah keputusan yang menuntut ketahanan fisik dan mental luar biasa.

Titik balik pun tiba, seleksi Polri tinggal menyisakan satu tahap akhir menuju kelulusan, sementara proses di Imigrasi masih panjang dan harus dilanjutkan ke Jakarta. Di persimpangan inilah Adijaya merenung dalam.

“Saya memutuskan untuk fokus pada kepolisian. Ada dorongan kuat dalam hati bahwa inilah jalan hidup saya,” kenangnya.


Tak disangka, penempatannya justru membawanya ke jantung Brimob satuan yang menurutnya bukan sekadar bagian dari kepolisian, melainkan institusi sarat sejarah, disiplin tinggi, dan peran strategis dalam berbagai operasi penting.

Enam Tahun Penempaan: Cinta yang Tumbuh dari Tantangan

Adijaya saat menjalankan penugasan di PT Freeport, Papua, pada tahun 2019.
Pada tahun 2019, Adijaya pernah mendapat penugasan di PT Freeport, Papua. (Foto: Dokumentasi)

Kini, setelah enam tahun mengenakan seragam hitam Brimob, Adijaya (26) tak sekadar bertahan, tetapi justru semakin mencintai setiap detik pengabdiannya.

“Prosesnya keras, tapi justru di situlah letak maknanya,” ujarnya mantap.

Baginya, Brimob adalah sekolah karakter sejati tempat di mana disiplin baja, kekompakan tim, dan kesiapsiagaan 24 jam menjadi napas hidup sehari-hari.

Mulai dari latihan tembak intensif, taktik penyergapan, pengendalian massa, hingga operasi kemanusiaan dan penanggulangan bencana semua dijalani dengan penuh kesungguhan.

Tantangan demi tantangan justru menumbuhkan rasa cinta dan semangat pengabdian yang mendalam.

Salah satu sumber motivasinya adalah sosok atasannya, Kombes Pol. Rachmat Hendrawan. “Beliau sangat inspiratif.

Baca juga:
🔗 Kombes. Pol. Rachmat Hendrawan: Menjaga Keseimbangan Tugas dan Keluarga

Tidak hanya memimpin, tapi juga membimbing, mendidik, dan memberi kepercayaan penuh,” tutur Adijaya penuh hormat.

Hubungan yang hangat namun profesional antara atasan dan bawahan ini menjadi fondasi kuat bagi Adijaya dalam menjalankan peran sebagai ajudan sebuah tugas yang menuntut ketelitian, loyalitas tinggi, serta pemahaman mendalam terhadap dinamika satuan.

Mimpi ke Depan: Ilmu, Pengabdian, dan Cita untuk Bali

Di usia muda, Adijaya tidak ingin berpuas diri. Ia menyadari bahwa karier di kepolisian menuntut peningkatan kapasitas diri secara berkelanjutan.

“Saya sedang serius mempertimbangkan untuk melanjutkan pendidikan,” ungkapnya.

Adijaya mengikuti upacara di Markas Komando Brimob Polda Bali dengan penuh khidmat.
Adijaya saat mengikuti upacara di Mako Brimob Polda Bali. (Foto: Dokumentasi)

Bagi bintara seperti dirinya, jalur pendidikan Sekolah Inspektur Polisi (SIP) menjadi salah satu opsi untuk mengembangkan kapasitas kepemimpinan dan manajerial.

Apalagi, ia terinspirasi oleh beberapa senior di satuannya yang berhasil meraih posisi strategis meski berasal dari jalur SPN. Kebetulan, Adijaya adalah alumni SPN Singaraja.

Cita-citanya jelas yaitu memberikan kontribusi yang lebih besar bagi Brimob dan masyarakat Bali.

“Bali punya tantangan keamanan yang unik – mulai dari pariwisata yang padat, potensi konflik sosial, hingga ancaman bencana alam. Saya ingin menjadi bagian dari solusi,” tegasnya.

Ia bermimpi bukan hanya menjadi perwira, tetapi juga pionir yang membawa perspektif lokal ke dalam strategi keamanan daerah.

Dengan semangat dan energi muda, Adijaya meyakini bahwa segala penempaan yang ia jalani hari ini merupakan investasi untuk tanggung jawab yang lebih besar di masa depan.

Pesan untuk Pemuda Bali: Genggam Peluang, Abdi dengan Nyali!

Menutup percakapan, Adijaya menyampaikan pesan khusus untuk generasi muda Bali:

“Jangan batasi mimpi, tapi juga jangan takut menapaki jalan yang tak terduga. Kepolisian terutama Brimob membutuhkan semangat, ide segar, dan dedikasi dari anak muda.”

Bergabung dengan Brimob menjadi bukti bahwa passion bisa tumbuh dalam tantangan.

Kisahnya dari seorang pemuda yang awalnya bercita-cita bekerja di balik meja Imigrasi, kini menjadi ajudan di satuan elite yang siap terjun di garis depan adalah bukti nyata.

Bahwa pengabdian pada negara bisa dimulai dari langkah berani di jalan yang tak direncanakan, asalkan dijalani dengan sepenuh hati dan integritas tanpa kompromi.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *