Pulau Bali dikenal sebagai destinasi wisata dunia yang tidak hanya menawarkan keindahan alam, tetapi juga kekayaan budaya dan spiritualitas yang begitu kuat.
Salah satu daya tarik utama di Bali adalah keberadaan pura (tempat ibadah umat Hindu) yang tersebar hampir di seluruh penjuru pulau.
Menariknya, meskipun pura adalah tempat suci dan sakral, masyarakat Bali bersikap terbuka terhadap wisatawan yang ingin mengunjungi dan belajar tentang budaya mereka asal memenuhi aturan yang berlaku.
Baca juga:
🔗 Budaya Bali, Daya Pikat yang Tak Pernah Luntur
Salah satu syarat utama sebelum memasuki area pura adalah mengenakan pakaian adat Bali. Wisatawan diwajibkan menggunakan kamben (kain penutup bawah) dan selendang yang diikatkan di pinggang sebagai simbol penghormatan terhadap kesucian pura.
Pakaian ini tidak hanya menunjukkan sopan santun, tetapi juga menjadi bentuk penghormatan terhadap nilai spiritual tempat tersebut.
Banyak pura besar di Bali, seperti Pura Lempuyang, Pura Besakih, atau Pura Ulun Danu, telah menyediakan penyewaan kain adat bagi wisatawan yang tidak membawanya.
Petugas atau pemandu lokal biasanya siap membantu memastikan wisatawan berpakaian sesuai etika dan budaya Bali.
Perlu dipahami bahwa tidak semua bagian pura dapat diakses oleh wisatawan. Umumnya, pura memiliki area luar (jaba pisan dan jaba tengah) yang boleh dimasuki.
Sementara area dalam (jeroan) hanya boleh diakses oleh umat Hindu yang hendak sembahyang dan dalam keadaan suci.
Beberapa pura juga memiliki penanda atau papan informasi yang menunjukkan area mana yang boleh dikunjungi dan mana yang dilarang.
Karena itu, sangat disarankan agar wisatawan selalu bertanya kepada petugas pura atau pemandu lokal sebelum melangkah lebih jauh ke dalam area pura.
Hal ini untuk menghindari tindakan yang tidak sopan atau melanggar aturan adat yang berlaku.
Baca juga:
🔗 Melukat di Tirta Empul: Menyucikan Jiwa dan Merawat Tradisi
Agar kunjungan ke pura tidak hanya menjadi kegiatan foto semata, menggunakan jasa pemandu lokal sangat dianjurkan.
Selain membantu menjelaskan sejarah dan makna dari arsitektur pura, pemandu juga dapat menjelaskan tata krama serta batasan-batasan selama berada di kawasan suci.
Hal ini penting agar wisatawan tidak hanya menikmati keindahan, tetapi juga membawa pulang pemahaman dan rasa hormat terhadap budaya Bali.
Sebagai tempat ibadah, wisatawan diharapkan menjaga ketenangan selama berada di pura. Hindari berbicara keras, tertawa berlebihan, atau menggunakan drone tanpa izin.
Selain itu, perempuan yang sedang dalam masa datang bulan (menstruasi) dilarang memasuki area pura karena dianggap belum dalam keadaan suci menurut kepercayaan Hindu Bali.
Baca juga:
🔗 Pura Campuhan Windhu Segara: Titik Temu Iman
Keterbukaan masyarakat Bali terhadap wisatawan adalah cerminan dari semangat toleransi dan keterhubungan antarbudaya.
Namun, keterbukaan itu datang dengan tanggung jawab. Menghormati aturan adat saat berkunjung ke pura bukan hanya bentuk sopan santun, tetapi juga wujud nyata dari rasa hormat terhadap warisan spiritual yang telah dijaga turun-temurun.
Dengan sikap yang tepat, kunjungan ke pura bisa menjadi pengalaman mendalam yang memperkaya pemahaman tentang makna kehidupan, kesucian, dan keharmonisan budaya Bali.