“Di ketinggian 3.805 mdpl, langit Sumatra menyimpan mahkotanya. Tapi ingat, puncak Kerinci bukan hadiah bagi kaki yang hanya bermimpi, ia adalah hak istimewa bagi jiwa yang berani membayar lunas dengan keringat, ketangguhan, dan rasa hormat tak terhingga pada sang alam.”
Gunung Kerinci. Namanya menggema bagai legenda di telinga para pendaki Indonesia.
Menjulang setinggi 3.805 meter di atas permukaan laut (mdpl), ia adalah raksasa Sumatra sekaligus gunung berapi aktif tertinggi di Indonesia, hanya kalah tinggi dari Puncak Cartenz di Papua.
Menggapai puncaknya menyentuh langit di angka 3.805 mdpl adalah impian banyak petualang. Namun, di sanalah kenyataan pahitnya, Kerinci bukan untuk semua orang.
Untuk menaklukkannya, dibutuhkan “segalanya”, persiapan matang, fisik dan mental baja, serta sedikit keberpihakan alam.
Baca juga:
🔗 Gunung Kerinci: Atap Sumatera yang Menantang
Jangan terkecoh oleh indahnya hamparan kebun teh di kaki gunung atau pesona Danau Gunung Tujuh.
Begitu kaki melangkah ke zona pendakian sejati, Kerinci segera menampakkan taringnya:
Baca juga:
🔗 Gunung Rinjani: Pesona yang Memukau, Tantangan yang Mematikan
Menginjakkan kaki di puncak Kerinci bukan hanya pencapaian fisik, tetapi juga perjalanan batin.
Dari bibir kawahnya yang megah, melihat matahari terbit menyapu kabut di hamparan Sumatra adalah momen yang membungkam segala lelah.
Puncak ini hanya milik mereka yang telah memberikan segalanya tenaga, waktu, persiapan, dan rasa hormat pada alam.
Kerinci keras, tapi adil. Ia tak peduli gender atau usia, hanya kesiapan. Ia mengajarkan kerendahan hati, ketekunan, dan kebahagiaan yang lahir dari perjuangan tanpa sisa.
Jika Kerinci ada di daftar mimpimu, mulailah mempersiapkan “segalanya” dari sekarang. Karena puncak 3.805 mdpl itu hanya akan menyambut mereka yang siap lahir dan batin.
“Pulang dari Kerinci, kau membawa lebih dari sekadar foto dan kenangan. Kau membawa api baru dalam jiwa, keyakinan bahwa medan terjal apa pun bisa dilalui dengan persiapan, ketekunan, dan mental baja.
Biarlah 3.805 mdpl itu menjadi pengingat abadi, dalam mendaki gunung atau menjalani hidup bahwa kesuksesan sejati selalu milik mereka yang berani menginvestasikan ‘segalanya’ tanpa sisa.”
Pertanyaannya: siapkah kamu?