Duduk Sama Rendah, Melayani Setinggi Langit: Humanisme Irjen Waris Agono di Maluku Utara

Irjen Pol. Waris Agono duduk bersila bersama warga dan tokoh masyarakat di teras rumah.
Irjen Pol. Drs. Waris Agono, M.Si. memilih duduk sejajar bersama warga di teras rumah—bersila di lantai, berdampingan dengan tokoh masyarakat. (Foto: Thoriq)

“Hindari memandang rendah, jauhi pula memandang tinggi. Manusia terbaik adalah yang dipandang dalam kesetaraan.”

Filosofi sederhana ini menjadi pijakan dalam setiap langkah Irjen Pol. Drs. Waris Agono, M.Si., Kapolda Maluku Utara.

Dalam kepemimpinannya, ia tak hanya menekankan disiplin dan tanggung jawab, tetapi juga menjadikan pendekatan humanis sebagai teladan yang nyata.

Kesederhanaan yang Menggerakkan Hati

Sebuah momen menyentuh terlihat saat Kapolda mengunjungi sebuah desa. Bukannya menjaga jarak lewat protokoler kaku, beliau justru memilih duduk sejajar bersama warga di teras rumah.

Bersila di lantai, berdampingan dengan tokoh masyarakat, tokoh agama, dan warga biasa.

Dengan tangan terlipat dan tatapan penuh perhatian, Irjen Waris hadir bukan sekadar secara fisik, tetapi juga dengan sepenuh hati.

Ia mendengar keluh kesah, menyimak aspirasi, dan merespons dengan ketulusan—tanpa batasan pangkat atau jabatan.

Baca juga:
🔗 Meneladani Pengabdian: Refleksi Hari Bhayangkara bersama Kapolda Maluku Utara, Irjen Pol. Drs. Waris Agono, M.Si.

Menjadi Jembatan Antara Rakyat dan Negara

Sebagai pemimpin tertinggi Polri di Maluku Utara, Irjen Waris memahami betul bahwa tugas kepolisian bukan hanya menegakkan hukum, tetapi juga membangun kepercayaan masyarakat.

Kepercayaan itu hanya dapat tumbuh dari kehadiran yang tulus dan pendekatan yang membumi.

Dalam dialog hangat bersama warga, beragam persoalan mengalir mulai dari kebutuhan infrastruktur hingga harapan agar aparat lebih cepat tanggap.

Tak satupun keluhan dianggap sepele. Dengan empati, beliau mencatat setiap masukan, memberikan jawaban, dan langsung mengarahkan jajarannya untuk menindaklanjuti.

Transformasi Citra Lewat Keteladanan Nyata

Langkah-langkah sederhana seperti ini mungkin tidak selalu terekam media nasional. Namun di hati masyarakat, kesannya mendalam.

Ketika seorang jenderal polisi rela duduk bersila bersama rakyat biasa, itu bukan hanya simbol kesederhanaan itu adalah perwujudan nyata dari pelayanan.

Pendekatan ini mencerminkan wajah baru institusi kepolisian: lebih terbuka, bersinergi, dan membangun kedekatan yang setara antara aparat dan masyarakat.

Baca juga:
🔗 Waris Agono: Menara Integritas di Pusaran Personal Branding Digital

Teladan untuk Generasi Penerus

Sikap Irjen Waris menjadi cermin bagi para perwira di bawahnya, juga inspirasi bagi generasi muda Maluku Utara.

Ia menunjukkan bahwa menjadi pemimpin bukan soal posisi atau jabatan, tetapi tentang kepekaan dan ketulusan hati.

Pemimpin sejati bukan hanya berdiri di depan memberi komando, tetapi juga duduk di samping rakyat saat mereka butuh didengar.

Baca juga:
🔗 Kisah Irjen Pol Waris Agono: Inspirasi di Balik Lencana

Penutup: Humanisme, Fondasi Kepemimpinan Sejati

Irjen Waris Agono membuktikan bahwa kekuatan seorang pemimpin tidak hanya bersumber dari bintang di pundak, tetapi dari kepercayaan yang dibangun melalui dialog sejajar, kehadiran yang tulus, dan keberanian untuk “turun ke bawah” menyatu bersama rakyat.

Dengan pendekatan humanis ini, Kapolda Maluku Utara meneguhkan dirinya bukan hanya sebagai jenderal berbintang, tetapi juga sebagai pelayan masyarakat yang benar-benar menghayati makna kesetaraan hingga ke relung jiwa.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *