Lomba Penjor Semarakkan Jalan Raya Kapal Sambut Tradisi Aci Tabuh Rah

Deretan penjor menghiasi jalan utama Desa Kapal menjelang perayaan Aci Tabuh Rah.
Desa Kapal menggelar lomba penjor sebagai bagian dari rangkaian penyambutan tradisi Aci Tabuh Rah Perang Tepat Bantal Pengangon, yang jatuh pada Purnama Kapat, Senin (6/10/2025) mendatang. Foto Mahendra

Suasana Jalan Raya Kapal, Kecamatan Mengwi, tampak semarak dengan deretan penjor berukuran besar yang menghiasi ruas jalan di depan Pura Desa Adat Kapal sejak Kamis (2/10/2025).

Untuk pertama kalinya, para pemuda Desa Adat Kapal menggelar lomba penjor sebagai bagian dari rangkaian penyambutan tradisi Aci Tabuh Rah Perang Tepat Bantal Pengangon, yang jatuh pada Purnama Kapat, Senin (6/10/2025) mendatang.

Belasan penjor karya masing-masing banjar turut serta dalam lomba perdana ini.

Selain memperindah suasana desa, lomba penjor juga menjadi ajang kreativitas generasi muda untuk tetap menjaga warisan tradisi yang sarat nilai luhur.

Tak hanya masyarakat lokal, sejumlah wisatawan yang melintas pun tampak kagum dengan keindahan penjor-penjor yang berdiri megah di sepanjang jalan utama.

Baca juga:
🔗 Tradisi Layangan Bali dan Rare Angon Festival 2025

Makna Aci Tabuh Rah di Desa Kapal

Tradisi Aci Tabuh Rah di Desa Kapal bukan sekadar ritual tahunan, melainkan peristiwa budaya dan spiritual yang berakar dari sejarah panjang.

Upacara ini dilaksanakan setiap Purnama Kapat bulan purnama keempat dalam kalender Bali sebagai ungkapan syukur kepada Sang Hyang Widhi Wasa sekaligus doa memohon keselamatan serta keseimbangan alam semesta.

Tabuh Rah, yang juga dikenal sebagai “perang tepat”, merupakan simbol peperangan abadi antara unsur dharma (kebaikan) dan adharma (keburukan) dalam kehidupan manusia. Melalui ritual ini, masyarakat diajak untuk senantiasa menjaga keseimbangan lahir dan batin.

Di Desa Kapal, Aci Tabuh Rah dikenal sebagai Perang Tepat Bantal Pengangon, yang melibatkan ribuan krama desa (warga adat) dalam prosesi sakral.

Ritual ini bukan hanya menjadi tontonan, tetapi juga tuntunan bagi generasi muda mengenai nilai gotong royong, pengorbanan, dan kebersamaan.

Baca juga:
🔗 Tulak Tunggul: Jejak Spiritualitas dan Simbol Persatuan yang Tetap Hidup di Tengah Masyarakat

Antusiasme dan Keterlibatan Warga

Menjelang hari pelaksanaan, berbagai persiapan telah dilakukan. Sejak jauh hari, masing-masing banjar berkoordinasi untuk menghadirkan penjor dengan hiasan terbaik.

Di sisi lain, para pedagang sekitar turut menyambut dengan membuka lapak makanan dan minuman, menambah semarak suasana.

Pihak desa juga telah mengumumkan adanya penutupan jalan di depan pura pada hari upacara demi kelancaran prosesi adat.

Meski begitu, masyarakat menilai hal ini justru sebagai peluang ekonomi karena banyak pengunjung yang akan datang menyaksikan ritual unik tersebut.

Baca juga:
🔗 Bambu sebagai Guru Kehidupan: Lentur, Rendah Hati, dan Tegar

Warisan Budaya dan Identitas Desa Kapal

Dengan terselenggaranya lomba penjor perdana ini, Desa Kapal semakin menegaskan identitasnya sebagai desa adat yang kaya tradisi.

Deretan penjor bukan hanya simbol kemenangan dharma, tetapi juga lambang kesuburan, kemakmuran, dan rasa syukur masyarakat kepada alam.

Jika tradisi lomba ini terus dilanjutkan di tahun-tahun berikutnya, Desa Kapal berpotensi menjadi salah satu pusat perhatian budaya di Bali sekaligus destinasi wisata spiritual yang menarik lebih banyak pengunjung.

Pada akhirnya, Aci Tabuh Rah di Desa Kapal tidak hanya menjadi perayaan ritual, tetapi juga manifestasi kebersamaan, penghormatan kepada leluhur, serta wujud nyata pelestarian budaya Bali yang diwariskan lintas generasi.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *