Pohon Berbalut Kain Poleng: Simbol Sakral di Tengah Hiruk-Pikuk Modernitas

Kain Poleng Bukan Sekadar Dekorasi. Dalam Budaya Bali, Ia Memiliki Makna Spiritual yang Sangat Mendalam
Lebih dari sekadar hiasan, kain poleng dalam budaya Bali menyimbolkan keseimbangan dualitas kehidupan — antara baik dan buruk, terang dan gelap, dalam satu kesatuan harmoni

Di tengah gemerlap lampu dan suasana hangat sebuah kafe malam di sudut Bali, berdiri tegak sebuah pohon tua yang tak biasa.

 

Meski dikelilingi bangunan modern dan deru aktivitas malam, pohon ini tetap mencuri perhatian. Sebuah kain kotak-kotak hitam putih, kain poleng, membalut pangkal batangnya.

 

Bagi masyarakat Bali, kain poleng bukan sekadar dekorasi. Ia menyimpan makna spiritual yang sangat mendalam.

Warna hitam dan putih melambangkan konsep Rwa Bhineda  keseimbangan antara dua kekuatan berlawanan seperti baik dan buruk, siang dan malam, positif dan negatif.

 

Filosofi ini menjadi dasar hidup masyarakat Bali dalam menjaga harmoni di dunia.

Pohon yang dipasangi kain poleng dipercaya memiliki energi spiritual atau menjadi tempat bersemayam roh penjaga.

 

Karena itu, masyarakat memperlakukan pohon tersebut dengan penuh rasa hormat. Kehadiran sesajen dan dupa di sekitarnya sering terlihat sebagai bagian dari ritual untuk menjaga hubungan harmonis dengan alam dan makhluk tak kasat mata.

 

Kain poleng juga diyakini sebagai pelindung dari energi negatif. Ia menjadi penanda bahwa pohon tersebut tidak boleh diganggu, ditebang, atau dirusak.

 

Di tengah kawasan urban, keberadaan pohon poleng menjadi simbol diam-diam: bahwa meski Bali terus berkembang mengikuti arus modernitas, nilai-nilai warisan leluhur tetap hidup dan dijaga.

 

Ia menghubungkan dunia spiritual dengan kehidupan sehari-hari, mengajarkan bahwa menghormati alam adalah bagian dari kebijaksanaan yang tak lekang oleh zaman.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *