Makepung adalah tradisi balapan kerbau yang telah dilestarikan secara turun-temurun oleh masyarakat petani di Kabupaten Jembrana, Bali.
Tradisi ini tidak hanya menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat setempat, tetapi juga telah berkembang menjadi daya tarik budaya dan wisata yang mendunia.
Biasanya, balapan Makepung dilakukan saat musim tanam padi sebagai sarana hiburan, sekaligus sebagai bentuk rasa syukur atas hasil panen yang melimpah.
Baca juga:
🔗 Pacuan Kerbau: Ketepatan, Kecepatan, dan Magi Tanah Sumbawa
Sebagai simbol identitas Kabupaten Jembrana, Makepung memperkuat karakter daerah yang dulu dikenal sebagai “daerah buangan” bagi masyarakat pembangan.
Kini, Jembrana dikenal sebagai wilayah yang heterogen dan lebih terbuka terhadap perubahan dibandingkan daerah lain di Bali.
Tradisi Makepung memiliki berbagai tujuan penting, antara lain:
Para joki mengenakan pakaian tradisional yang menyerupai busana prajurit kerajaan Jembrana pada masa lalu.
Mereka memakai destar, selendang, selempod, celana panjang, serta saput poleng (kain bermotif hitam-putih), dan biasanya bertelanjang kaki. Selain itu, joki juga membawa pecut sebagai alat untuk memacu laju kerbau.
Kini, Makepung tidak hanya berfungsi sebagai hiburan lokal, tetapi juga telah menjadi atraksi budaya yang menarik perhatian wisatawan, baik lokal maupun mancanegara.
Atraksi balapan yang unik dan menarik ini menambah daya tarik Kabupaten Jembrana sebagai destinasi wisata yang kaya akan tradisi dan kearifan lokal.