Tradisi Makepung: Balapan Kerbau yang Menjadi Identitas Budaya di Kabupaten Jembrana

Joki penuh semangat memacu kerbau dalam lomba tradisional Makepung di Jembrana, Bali.
Semangat dan keberanian, sang joki memacu kerbaunya di lintasan Makepung menjadi bagian dari tradisi balap yang menggugah jiwa masyarakat Bali

Makepung adalah tradisi balapan kerbau yang telah dilestarikan secara turun-temurun oleh masyarakat petani di Kabupaten Jembrana, Bali.

Tradisi ini tidak hanya menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat setempat, tetapi juga telah berkembang menjadi daya tarik budaya dan wisata yang mendunia.

Biasanya, balapan Makepung dilakukan saat musim tanam padi sebagai sarana hiburan, sekaligus sebagai bentuk rasa syukur atas hasil panen yang melimpah.

Baca juga:
🔗 Pacuan Kerbau: Ketepatan, Kecepatan, dan Magi Tanah Sumbawa


Sebagai simbol identitas Kabupaten Jembrana, Makepung memperkuat karakter daerah yang dulu dikenal sebagai “daerah buangan” bagi masyarakat pembangan.

Kini, Jembrana dikenal sebagai wilayah yang heterogen dan lebih terbuka terhadap perubahan dibandingkan daerah lain di Bali.

Tujuan Tradisi Makepung

Tradisi Makepung memiliki berbagai tujuan penting, antara lain:

  • Mensyukuri Hasil Panen: Makepung merupakan ungkapan rasa syukur atas keberhasilan panen yang melimpah.
  • Mempererat Persaudaraan: Balapan ini berfungsi memperkuat hubungan antarwarga desa.
  • Menunjukkan Semangat Pantang Menyerah: Tradisi ini melambangkan ketangguhan dan semangat juang para petani.
  • Mendukung Sektor Pertanian dan Peternakan: Makepung turut mendukung sektor pertanian dan peternakan di Kabupaten Jembrana.
  • Mencegah Alih Fungsi Lahan Pertanian: Dengan pelaksanaannya, tradisi ini berkontribusi dalam menjaga kelestarian lahan pertanian agar tidak dialihfungsikan.
  • Melestarikan Budaya Lokal: Makepung merupakan wujud nyata pelestarian warisan budaya khas Jembrana.
Joki memacu kerbau dengan semangat tinggi dalam lomba Makepung di Jembrana, Bali, tradisi unik balap kerbau yang penuh energi.
Joki memacu kerbau dalam lomba Makepung dengan semangat membara tradisi balap yang meriah dan sarat makna budaya Bali

Sejarah dan Perkembangan Tradisi Makepung

Tradisi Makepung diperkirakan mulai dikenal pada tahun 1920-an. Pada awalnya, balapan kerbau ini dilakukan di sawah, dan mulai berkembang sekitar tahun 1930-an.

Dalam balapan, setiap lampit (kereta kayu) ditarik oleh dua ekor kerbau, sementara seorang joki duduk di atasnya untuk mengendalikan kerbau.

Beberapa peserta Makepung memacu kerbau dengan penuh semangat di lintasan sawah Jembrana, Bali tradisi balap khas yang menggugah antusiasme warga.
Deru lumpur dan sorak penonton mengiringi para peserta Makepung di Jembrana. Dengan semangat tinggi, mereka memacu kerbau dalam tradisi balap kebanggaan Bali Barat

Para joki mengenakan pakaian tradisional yang menyerupai busana prajurit kerajaan Jembrana pada masa lalu.

Mereka memakai destar, selendang, selempod, celana panjang, serta saput poleng (kain bermotif hitam-putih), dan biasanya bertelanjang kaki. Selain itu, joki juga membawa pecut sebagai alat untuk memacu laju kerbau.

Kini, Makepung tidak hanya berfungsi sebagai hiburan lokal, tetapi juga telah menjadi atraksi budaya yang menarik perhatian wisatawan, baik lokal maupun mancanegara.

Atraksi balapan yang unik dan menarik ini menambah daya tarik Kabupaten Jembrana sebagai destinasi wisata yang kaya akan tradisi dan kearifan lokal.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *