Di antara deru kendaraan yang melintas dan kesibukan jalanan yang tak pernah sepi, seorang turis tampak duduk santai di kursi plastik sederhana milik sebuah warung pinggir jalan.
Ia menikmati makanan lokal dengan penuh antusias, larut dalam suasana khas Indonesia yang begitu akrab bagi warganya, namun menjadi pengalaman baru yang otentik bagi wisatawan.
Tanpa gengsi, ia duduk di trotoar, menikmati cita rasa yang tak ternilai dengan suasana yang tak bisa dibeli di tempat lain.
Baca juga:
🔗 Wisatawan Asing Rela Antre Bersama Warga Lokal Demi Makanan Tradisional Bali di Pantai Sanur
Tak seperti kebanyakan wisatawan yang mencari kenyamanan di restoran mahal atau kafe ber-AC, turis ini justru menemukan kenikmatan di tengah hiruk-pikuk jalanan.
Duduk di kursi plastik sambil menikmati martabak hangat, ia tampak begitu menikmati suasana.
Suara knalpot motor, teriakan tukang parkir, hingga percakapan antar pedagang menjadi latar suara yang justru menambah kenikmatan makan sore itu. Ia bukan lagi sekadar pengunjung, tapi bagian dari denyut kehidupan lokal.
Warung yang disambanginya menjajakan martabak dan terang bulan dengan berbagai varian rasa seperti red velvet, pandan, hingga black forest.
Makanan yang sudah sangat melekat dalam budaya kuliner Indonesia ini ternyata berhasil menarik minat wisatawan mancanegara.
Meski tampil sederhana, rasa manis, gurih, dan tekstur lembut dari martabak mampu menciptakan pengalaman baru yang menyenangkan.
Tak jarang, satu potong martabak menjadi pembuka untuk petualangan kuliner berikutnya di negeri ini.
Baca juga:
🔗 Pasar Malam Tradisional Sanur: Surga Kuliner Bali
Kursi plastik mungkin bukan simbol kenyamanan, tapi justru di situlah nilai sesungguhnya dari pengalaman lokal.
Duduk di trotoar dengan plastik berisi makanan di tangan, turis tersebut seolah menunjukkan bahwa esensi perjalanan bukan tentang kemewahan, melainkan keterbukaan untuk mencoba hal-hal baru termasuk gaya hidup sederhana masyarakat lokal.
Di momen itulah, ia menemukan keaslian, cita rasa, suasana, dan kenangan yang akan terus melekat bahkan setelah ia kembali ke negaranya.
Baca juga:
🔗 Kuliner Pasar Malam Badung, Denpasar
Kehangatan kuliner kaki lima memang tak mengenal batas. Di balik kesederhanaannya, terdapat kekayaan rasa dan budaya yang bisa menyatukan siapa pun baik warga lokal maupun pelancong dari belahan dunia mana pun.