Bali Bangkit: Wisatawan Mancanegara Kembali Membanjiri Pulau Dewata

Wisatawan asing memadati area kedatangan Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Bali, membawa koper besar dan harapan akan pengalaman baru.
Ribuan langkah tiba di Bandara Ngurah Rai. Wajah-wajah penuh harap, koper berat, dan semangat petualangan mengawali cerita mereka di Bali

Pulau Bali, yang dijuluki sebagai Pulau Dewata, kembali bersinar di mata dunia. Setelah melalui masa-masa sulit akibat pandemi COVID-19 yang sempat menghentikan denyut pariwisata global, kini Bali perlahan namun pasti kembali menunjukkan pesonanya.

Tahun 2025 menjadi titik balik yang menggembirakan: bandara kembali sibuk, hotel-hotel mulai penuh, dan tempat-tempat wisata kembali dipenuhi senyum wisatawan dari berbagai penjuru dunia.

Pada 6 Juni 2025, suasana di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai tampak kembali hidup. Pada malam hari itu, dari pantauan langsung, roda koper terdengar bersahutan, menyeret harapan para pelancong yang baru tiba.

Senyum hangat petugas imigrasi, suara percakapan dalam berbagai bahasa, serta penjemputan yang ramai di area kedatangan menciptakan simfoni khas pariwisata Bali yang sudah lama dirindukan.

ย 

Baca juga:
๐Ÿ”— Bali Peringkat 2 Dunia: Mengapa Pulau Dewata Tetap Jadi Primadona Wisata 2025


Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) memperkuat gambaran ini. Pada kuartal pertama tahun 2025, tercatat lonjakan signifikan jumlah kunjungan wisatawan asing ke Bali.

Bahkan, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menyatakan bahwa hingga Maret 2025, lebih dari 1,6 juta wisatawan mancanegara telah berkunjung ke Bali angka yang meningkat lebih dari 40% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Dominasi Turis dari Australia dan Asia

Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali, I Wayan Suarta, menyampaikan bahwa mayoritas turis datang dari Australia, India, Tiongkok, Rusia, serta berbagai negara di Eropa. โ€œKami sangat bersyukur melihat geliat ini. Artinya, citra Bali di mata dunia tetap kuat.

Kami juga terus meningkatkan layanan dan promosi wisata berbasis budaya dan alam,โ€ ujarnya saat ditemui di Denpasar.

Ia menambahkan bahwa salah satu kekuatan utama Bali adalah kemampuannya memadukan keindahan alam dengan kearifan lokal.

Tak heran, para wisatawan tak hanya datang untuk berjemur di pantai atau menikmati pemandangan sawah, tetapi juga tertarik pada upacara adat, kuliner tradisional, hingga praktik spiritual seperti yoga dan meditasi di pedalaman Ubud.


Baca juga:
๐Ÿ”— Amed: Permata Sunrise di Ujung Timur Bali yang Menyimpan Ketenangan Asli


Bandara Jadi Wajah Pertama Keramahtamahan

Wanita Bali dan putrinya menyambut sahabat Jepang dengan pelukan hangat di Bandara I Gusti Ngurah Rai, menciptakan momen penuh emosi dan kebahagiaan.
Di Bandara Ngurah Rai, persahabatan tanpa batas budaya. Pelukan hangat antara sahabat Bali dan Jepang mengungkapkan cinta yang terjalin kuat meski jarak memisahkan

Di area kedatangan Bandara Ngurah Rai, petugas dari berbagai layanan transportasi resmi tampak sigap menyambut wisatawan.

Mereka memberikan informasi dengan ramah dan cekatan menunjukkan bahwa semangat hospitality khas Indonesia benar-benar hadir sejak langkah pertama wisatawan menginjakkan kaki di Bali.

Salah satu petugas yang berjaga di area layanan transportasi mengatakan bahwa jumlah tamu yang menggunakan jasa antar-jemput resmi meningkat drastis sejak awal tahun.

โ€œKami senang sekali melihat antusiasme wisatawan. Banyak yang sudah rindu Bali dan mereka datang dengan harapan besar,โ€ ujarnya.


Baca juga:
๐Ÿ”— Mengabadikan Momen di Pulau Dewata, Pasangan Turki Ini Rela Bayar Jutaan untuk Foto Liburan


Adaptasi dan Harapan Baru

Kebangkitan pariwisata ini tentu tidak terjadi begitu saja.

Pemerintah daerah bersama pelaku industri telah melakukan berbagai persiapan dan adaptasi, termasuk penerapan protokol kesehatan berbasis CHSE (Cleanliness, Health, Safety, and Environment), promosi digital, hingga peningkatan kualitas SDM pariwisata.

Bali juga aktif mempromosikan destinasi alternatif yang tersebar di luar pusat wisata utama seperti Kuta dan Ubud. Daerah seperti Bangli, Karangasem, dan Jembrana kini mulai dilirik sebagai destinasi yang lebih tenang dan autentik.

Ini menjadi bagian dari strategi jangka panjang untuk menyebar sebaran wisatawan dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih merata.

Tidak Melupakan Akar Budaya

Di tengah arus globalisasi dan modernisasi, Bali tetap memegang teguh warisan leluhur. Pemerintah dan masyarakat lokal berkomitmen untuk menjaga nilai-nilai budaya yang menjadi roh pariwisata Bali.

Upacara adat, tari-tarian tradisional, hingga aturan desa adat tetap dijaga dan dilestarikan.

โ€œBali boleh berubah, tapi tidak boleh lupa akar,โ€ ungkap Gusti Putu seorang tokoh adat di Gianyar. โ€œJustru kekuatan kita ada di identitas itu. Dunia datang ke Bali bukan hanya karena pantainya, tapi karena jiwanya.โ€


Baca juga:
๐Ÿ”— Tari Barong dan Rangda Meriahkan Malam di Samasta Bali, Sajian Budaya Gratis untuk Hiburan Keluarga

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *