Menjelang perayaan Idulfitri, warga di kawasan Ungasan, Bali, mengalami kesulitan mendapatkan gas elpiji 3 kilogram atau yang biasa dikenal dengan sebutan gas melon.
Kelangkaan ini disertai lonjakan harga yang signifikan, di mana satu tabung gas dijual hingga Rp30.000. Padahal, harga normal di warung eceran sekitar wilayah tersebut biasanya hanya sekitar Rp23.000.
Hendra, salah satu warga Ungasan, mengaku telah berkeliling ke sejumlah warung di sekitar rumahnya siang ini, namun tak satupun memiliki stok gas melon.
“Sudah keliling ke beberapa warung, tapi semua bilang kosong. Akhirnya saya coba ke warung di jalan besar yang agak jauh dari rumah. Di sana memang ada gas, tapi harganya langsung disebut Rp30.000,” ujar Hendra.
Keluhan serupa datang dari seorang ibu rumah tangga yang enggan disebutkan namanya. Ia juga mengalami kesulitan mendapatkan gas untuk kebutuhan memasak menjelang hari raya.
“Saya sudah cari ke banyak tempat, semua bilang kosong. Pas ketemu warung yang masih ada stok, harganya juga Rp30.000,” katanya.
Kelangkaan dan lonjakan harga gas melon seperti ini memang kerap terjadi menjelang hari-hari besar, termasuk Idulfitri.
Tingginya permintaan yang tidak diimbangi distribusi memadai diduga menjadi penyebab utama. Kondisi ini juga membuka peluang terjadinya penimbunan dan penjualan di atas Harga Eceran Tertinggi (HET).
Baca juga:
🔗 Kepemimpinan Sejati: Dampak, Bukan Jabatan
Masyarakat berharap pemerintah dan pihak terkait segera turun tangan untuk mengatasi masalah ini.
Distribusi gas bersubsidi yang lancar sangat dibutuhkan agar harga kembali stabil, terutama di momen penting seperti Idulfitri.
Baca juga:
🔗 Hidup dengan UMP di Bali: Realita Para Pekerja