Salah satu suguhan istimewa dalam Pesta Kesenian Bali (PKB) XLVII Tahun 2025 hadir melalui kelompok Gong Kebyar Wanita (GKW) Pendamping Provinsi, yang diwakili oleh Sanggar Seni Asti Pradnyaswari.
Sanggar yang berlokasi di Perumahan Kampial Indah, Benoa, Kuta Selatan ini dipercaya sebagai wakil Provinsi Bali dalam kategori GKW dan akan tampil di panggung utama PKB pada 29 Juni 2025.
Di bawah kepemimpinan seniman sekaligus akademisi seni, I Wayan Sudiksa, S.Sn., M.Sn., sanggar ini telah lama dikenal sebagai ruang kreatif yang aktif mendorong lahirnya regenerasi seniman muda berbakat, khususnya perempuan.
Penunjukan sebagai perwakilan provinsi bukanlah sesuatu yang datang secara instan, melainkan buah dari dedikasi, konsistensi, dan kualitas yang terjaga dalam pengembangan seni gamelan dan tari Bali.
Baca juga:
🔗 Pesta Kesenian Bali 2025: Harmoni Semesta Raya di Tengah Liburan Sekolah
Untuk penampilan tahun ini, Sanggar Asti Pradnyaswari menghadirkan 38 penabuh perempuan terbaik hasil seleksi ketat dari berbagai anggota sanggar.
Formasi serba perempuan ini menjadi langkah progresif yang menegaskan peran perempuan dalam seni tradisi Bali, khususnya dalam ranah gamelan kebyar yang selama ini banyak didominasi oleh laki-laki.
Mereka akan membawakan tiga karya utama yang disiapkan secara serius dan mendalam:
Seluruh instrumen gamelan yang digunakan berasal dari Omah Gamelan, produksi milik I Wayan Sudiksa sendiri menunjukkan betapa erat hubungan antara seniman, karya, dan alat musik yang digunakan dalam setiap proses kreatifnya.
Sebagai bagian dari persiapan akhir, gladi bersih digelar pada Jumat malam, 20 Juni 2025, bertempat di Pura Dalem Kahyangan, Desa Adat Bualu.
Pemilihan tempat ini bukan tanpa alasan. Pura Dalem sebagai pusat spiritual desa memberikan ruang yang ideal untuk menyelaraskan aspek teknis dan spiritual dari pertunjukan.
Suasana malam di pura, diiringi wangi dupa dan lantunan kidung, menjadi latar penuh khidmat bagi latihan para penabuh.
Latihan ini bukan sekadar menata teknik dan formasi, melainkan juga menjadi sarana memohon restu dan energi spiritual, agar setiap nada yang dibunyikan benar-benar hadir dengan rasa dan makna.
Baca juga:
🔗 Tulak Tunggul: Jejak Spiritualitas dan Simbol Persatuan
Penampilan GKW Asti Pradnyaswari bukan sekadar pertunjukan seni, tetapi simbol kebangkitan dan penguatan peran perempuan dalam pelestarian budaya Bali.
Keberadaan 38 penabuh perempuan merupakan sebuah pernyataan bahwa perempuan memiliki ruang dan kapasitas yang setara dalam dunia gamelan Bali.
“Kami ingin menunjukkan bahwa perempuan juga mampu menjadi penjaga tradisi, tanpa kehilangan sisi kelembutannya. Seni bukan hanya soal teknik, tetapi juga soal rasa, jiwa, dan komitmen,” Adisty, anggota sanggar
Partisipasi dalam PKB juga menjadi wadah pembelajaran bagi para anggota muda sanggar. Interaksi dengan seniman dari berbagai wilayah Bali membuka wawasan, memperluas jaringan, serta memperkuat semangat kolaborasi lintas komunitas seni di masa depan.
Sanggar Asti Pradnyaswari tidak hanya menjadi tempat berlatih, tetapi juga ruang tumbuhnya nilai-nilai.
Di bawah arahan I Wayan Sudiksa, pembinaan dilakukan secara holistik menyentuh ranah teknis, filosofis, hingga etika dan identitas budaya.
Dalam beberapa tahun terakhir, sanggar ini aktif melahirkan karya-karya orisinal serta menjalin kolaborasi lintas komunitas.
Keterlibatan dalam PKB 2025 menjadi tonggak baru, sekaligus pengakuan terhadap konsistensi dan kualitas sanggar yang terus tumbuh.
Baca juga:
🔗 Penjaga Tradisi Sejak Dini: Peran Keluarga dalam Menanamkan Budaya Bali pada Anak
Dengan semangat kebersamaan, disiplin latihan, dan cinta yang dalam terhadap seni tradisi, para penabuh perempuan dari Sanggar Asti Pradnyaswari siap mempersembahkan yang terbaik di panggung PKB.
Semoga kehadiran mereka menginspirasi, menggugah, dan menjadi bukti bahwa ketika seni digarap dengan hati, ia akan selalu menemukan jalannya untuk menyentuh jiwa siapa pun yang menyaksikannya.