Di tengah arus modernisasi yang makin kuat, peran perempuan dalam berbagai lini kehidupan terus mengalami pergeseran.
Dalam salah satu podcast-nya, Sadhguru seorang yogi dan mistikus asal India yang dikenal luas di dunia internasional menyampaikan bahwa kekuatan fisik laki-laki yang selama ini menjadi keunggulan utama mulai tergeser akibat perkembangan mesin dan teknologi.
Seiring dengan itu, ruang-ruang yang dulu hanya didominasi pria kini terbuka lebar bagi perempuan.
Mereka mulai hadir, mengambil bagian, bahkan bersinar di ranah-ranah yang dulu dianggap bukan wilayah mereka.
Fenomena ini terasa nyata di Bali, terutama dalam bidang tradisi dan budaya. Kebangkitan perempuan Bali kian kuat dan terlihat jelas, salah satunya melalui kiprah luar biasa para penabuh perempuan yang tergabung dalam Gong Kebyar Wanita Asti Pradnyaswari.
Sebanyak 38 penabuh perempuan siap tampil memukau dalam ajang seni bergengsi, membawa semangat baru dalam pelestarian seni gamelan khas Bali.
Gong Kebyar selama ini dikenal sebagai bentuk seni tabuh yang menuntut dinamika tinggi, kecepatan, dan kekuatan teknik.
Karenanya, peran penabuh biasanya diisi oleh laki-laki. Namun, para perempuan muda Bali kini membuktikan bahwa mereka mampu menembus batas tradisi tersebut.
Dengan keberanian, disiplin, dan kecintaan terhadap budaya, mereka tampil tak kalah mumpuni dan bahkan menghadirkan nuansa baru yang menyegarkan.
Baca juga:
🔗 Gong Kebyar Wanita Asti Pradnyaswari Siap Tampil di PKB 2025
Penampilan para penabuh dari Sanggar Seni Asti Pradnyaswari tidak hanya menggambarkan keindahan seni, tetapi juga menjadi simbol pergeseran peran gender dalam pelestarian budaya.
Mereka tampil dengan balutan busana sederhana namun sarat makna budaya, rambut dihiasi bunga kamboja, serta wajah yang memancarkan semangat dan dedikasi tinggi.
Lebih dari sekadar pertunjukan musik tradisional, penampilan Gong Kebyar Wanita ini merupakan representasi kekuatan perempuan Bali dalam merawat, melanjutkan, dan menghidupkan kembali nilai-nilai luhur warisan leluhur.
Setiap denting gamelan yang mereka mainkan adalah wujud nyata dari ketekunan, kerja keras, serta cinta mendalam terhadap identitas budaya Bali.
Langkah ini juga menjadi inspirasi bagi generasi muda, bahwa dunia seni dan budaya adalah ruang inklusif tempat siapa pun bisa tumbuh tanpa batasan gender.
Perempuan tidak lagi sekedar pelengkap atau penjaga di balik layar, melainkan pelaku utama yang berdiri di garis depan perubahan.
Gong Kebyar Wanita Asti Pradnyaswari menjadi bukti bahwa perempuan Bali tengah menapaki jalan kebangkitan budaya dengan penuh percaya diri.
Mereka kini bukan hanya penjaga tradisi, tetapi juga pelopor dan pembawa semangat baru dalam dunia seni Bali.
Sebuah langkah besar menuju kesetaraan yang bukan hanya menjadi wacana, tapi telah menjadi kenyataan di panggung budaya.
Baca juga:
🔗 Perempuan Tenganan Pegringsingan dalam Pelestarian Budaya Leluhur