Komodo (Varanus komodoensis) merupakan kadal terbesar di dunia dan termasuk salah satu spesies langka yang dilindungi di Indonesia.
Reptil karnivora raksasa ini hidup secara alami di Taman Nasional Komodo, Pulau Longos, serta sebagian wilayah lembah di Pulau Flores.
Keberadaan dan kelestarian populasi komodo dijaga ketat oleh Balai Taman Nasional Komodo, dengan melibatkan masyarakat lokal dalam pengelolaannya.
Wisatawan yang ingin mengamati komodo secara langsung hanya dapat melakukannya di beberapa resort penjagaan tertentu yang dibuka untuk aktivitas pariwisata.
Seperti Resort Loh Buaya (Pulau Rinca), Resort Loh Liang (Pulau Komodo), dan Resort Padar Selatan (Pulau Padar).
Baca juga:
🔗 Pecalang: Penjaga Tradisi dan Keamanan Bali
Menurut Scott Hocknull, seorang ahli paleontologi vertebrata dari Museum Queensland, Australia, fosil-fosil komodo yang ditemukan menunjukkan kemiripan dengan tulang-tulang komodo masa kini.
Hal ini membuktikan bahwa ukuran tubuh komodo relatif stabil selama jutaan tahun, Australia diyakini sebagai tempat asal komodo.
Selama 4 juta tahun terakhir, wilayah ini menjadi rumah bagi kadal-kadal raksasa, termasuk Megalania kadal darat terbesar sepanjang 5 meter yang telah punah sekitar 40.000 tahun lalu.
Komodo modern diperkirakan muncul sekitar 700.000 tahun yang lalu dan menyebar ke arah barat hingga mencapai Pulau Flores sekitar 900.000 tahun yang lalu.
Temuan fosil di Pulau Timor semakin memperkuat dugaan bahwa penyebaran kadal raksasa ini berasal dari Australia.
Komodo tidak hanya menakjubkan karena ukurannya, tetapi juga karena senjata biologis yang dimilikinya.
Penelitian dari University of Melbourne mengungkapkan bahwa dalam kelenjar di mulut komodo terdapat bisa yang mengandung bakteri Pasteurella. Gigitan komodo dapat menyebabkan luka yang sangat rawan infeksi.
Mengutip Journal of Wildlife Diseases, air liur komodo juga mengandung berbagai bakteri mematikan, termasuk 28 jenis bakteri gram-negatif seperti Escherichia coli, dan 19 jenis bakteri gram-positif patogen.
Infeksi yang diakibatkan oleh bakteri ini dapat menyebabkan septikemia, yaitu peradangan serius akibat infeksi yang dapat berujung pada kematian.
Salah satu keunikan komodo lainnya terletak pada giginya, tidak hanya digunakan untuk mengunyah, tetapi juga memungkinkan mereka menelan mangsa secara utuh.
Jika gigi komodo tanggal saat mencengkeram mangsa, gigi tersebut akan tumbuh kembali dalam waktu sekitar tiga hari. Kemampuan regenerasi ini menjadi salah satu keunggulan evolusioner komodo.
Komodo adalah warisan alam Indonesia yang tak ternilai, keberadaannya yang hanya ditemukan di sebagian kecil wilayah Indonesia.
Membuatnya menjadi daya tarik tersendiri sekaligus pengingat pentingnya pelestarian alam dan keanekaragaman hayati.
Baca juga:
🔗 Gunung Kerinci: Atap Sumatera yang Menantang
🔗 Bekantan: Si Hidung Panjang Penjaga Hutan Bakau