Naoko Lucy Kaneda, perempuan dari negeri sakura, telah menemukan rumah keduanya jauh di selatan khatulistiwa.
Bukan sekadar pelancong, bukan pula sekadar pengagum pesona alam ia adalah jiwa yang terpaut pada Bali, pulau yang baginya lebih dari sekadar tempat singgah.
Baca juga:
🔗 Kehangatan Keluarga di Rumah Bali
Setiap tahun, ia kembali. Menjejak tanah yang hangat, menghirup aroma dupa yang berpadu dengan angin laut, dan membiarkan dirinya larut dalam sunyi dan semesta Bali.
Di balik hiruk-pikuknya pariwisata, ia menemukan keheningan. Di balik gemerlapnya resort, ia merasakan pelukan yang tak terlihat sebuah keintiman batin yang tak bisa dijelaskan, hanya bisa dirasa.
Pernah, dalam percakapan lembut bersama sahabatnya, Naoko berkata,
“Jika saatku tiba, biarlah aku pergi di Bali. Tolong bantu prosesi kepergianku nanti.”
Kalimat itu bukan sekadar wasiat. Ia adalah puisi tentang rasa cinta yang tak tergantikan, ikatan yang melampaui batas logika dan waktu.
Baca juga:
🔗 Ngaben: Jalan Pulang Sang Jiwa Bali
Namun Bali kini berubah. Jalan-jalan sesak oleh deru kendaraan, para turis yang lupa sopan santun, dan beton yang menggantikan sawah.
Tapi bagi jiwa seperti Naoko, Bali tetaplah suci. Sebab yang ia cari bukan bangunan tinggi atau kemewahan, melainkan ketulusan. Bukan gemerlap hiburan malam, melainkan detak kehidupan yang jujur.
Naoko pernah bercerita tentang temannya yang mengelola sebuah penginapan di Ubud. Ia mengisahkan bagaimana kini banyak orang datang bukan untuk menikmati hotel bintang lima, melainkan untuk tinggal bersama warga.
Menyatu dalam kehidupan sederhana, dan menemukan keluarga dari yang semula asing. Sebuah bukti bahwa Bali tak hanya menyambut tubuh, tetapi juga merangkul jiwa.
Baca juga:
🔗 Di Antara Bakul dan Budaya: Potret Perempuan Bali
Bali, bagi Naoko, adalah pelukan yang tak pernah dingin, adalah senyuman yang tak pernah lelah menyambut. Pulau ini bukan sekadar tempat, tetapi rasa. Bukan sekadar pemandangan, tetapi perasaan.
Di setiap langkahnya, Bali bukan lagi tujuan perjalanan, melainkan bagian dari perjalanan hidup itu sendiri. Seperti cinta sejati diam, dalam, dan tak pernah meminta balasan.