Tahun 2025, Kepolisian Negara Republik Indonesia akan merayakan Hari Bhayangkara ke-79.
Di seluruh pelosok negeri, para insan Polri memperingati momentum ini sebagai bentuk penghormatan terhadap pengabdian tanpa batas untuk menjadi pelayan, pelindung, dan pengayom masyarakat.
Di antara mereka, terdapat sosok perwira yang kini dipercaya menjabat sebagai Komandan Satuan Brimob Polda Bali Kombes Pol. Rachmat Hendrawan.
Ia adalah pribadi yang menjadikan Bhayangkara bukan sekadar profesi, melainkan panggilan jiwa.
Ia percaya bahwa setiap insan Polri harus menjaga marwah institusi ini dengan sepenuh hati, sekecil apapun tindakan itu.
“Jangan pernah mengkhianati institusi, walau perbuatan itu tidak terlihat atau tidak berdampak langsung. Sebab di lubuk hati terdalam, akan ada gejolak batin yang menyadarkan kita,” pesannya.
“Jangan tanya apa yang Bhayangkara bisa berikan kepadamu, tapi pikirkan apa yang bisa kamu berikan untuk Bhayangkara.” Kombes Pol. Rachmat Hendrawan
Jejak karier Kombes Rachmat mencerminkan dedikasi dan konsistensinya dalam berbagai penugasan strategis di tubuh Polri, khususnya di satuan Brimob. Berikut adalah perjalanan penting dalam kariernya:
Baca juga:
🔗 Dari Imigrasi ke Brimob: Perjalanan Dedikasi Adijaya, Ajudan Muda di Satuan Elite Bali
Lahir di Cimahi, 27 September 1971, Rachmat tumbuh di lingkungan militer. Masa kecil dan remajanya dihabiskan di Kalimantan, mengikuti tugas sang ayah yang merupakan anggota TNI.
Perjalanan hidup membawanya bertemu dengan Haslinda, wanita Bugis-Mandar asal Buton, yang kini menjadi pendamping hidupnya.
Dari pernikahan tersebut, mereka dikaruniai tiga orang anak: dua putra dan satu putri. Meski seorang perwira menengah, Rachmat tetap menjunjung tinggi nilai-nilai keluarga.
Ia bangga bukan karena kesuksesan anak-anaknya, melainkan karena mereka berani memilih jalan hidup sesuai dengan hati nurani.
“Kebanggaan saya bukan karena mereka sukses, tetapi karena mereka bahagia dengan pilihan hidupnya,” ucapnya.
Ia bahkan mengenang bagaimana anak keduanya dengan mantap menolak kesempatan masuk Akabri dan lebih memilih menekuni dunia kuliner. Sebuah keputusan yang ia sambut dengan penuh rasa hormat.
Sebagai pemimpin, Rachmat dikenal dengan gaya yang sederhana, disiplin, namun penuh empati. Ia menilai suasana tertib dan damai di Bali sangat cocok dengan gaya kepemimpinannya.
“Keteraturan di Bali adalah buah dari keyakinan masyarakat akan hukum karma. Budaya ini membuat tugas kepolisian menjadi lebih ringan dan efisien.”
Pengalaman bertugas di berbagai daerah dengan karakter masyarakat yang beragam menjadikannya sosok yang fleksibel dan bijaksana.
Ia percaya bahwa keteladanan, komunikasi yang baik, serta ketegasan adalah kunci kepemimpinan yang efektif.
“Hidup harus dijalani dengan rasa syukur, baik saat senang maupun susah, memiliki jabatan atau tidak. Semuanya adalah bagian dari proses pembentukan diri,” pungkasnya.
Baca juga:
🔗 AKBP Faidil Zikri, Pemimpin dengan Respons Cepat dan Filosofi SIAP
Kombes Pol. Rachmat Hendrawan adalah contoh nyata bagaimana jiwa Bhayangkara harus dijalankan.
Tidak hanya dalam bentuk penegakan hukum, tetapi juga melalui keteladanan, tanggung jawab moral, dan dedikasi terhadap institusi serta bangsa. Ia tak hanya mengisi jabatan, tetapi menjalankan amanah dengan kesungguhan hati.
Di tengah perayaan Hari Bhayangkara ke-79, sosok seperti Rachmat adalah pengingat bahwa nilai-nilai luhur kepolisian masih dijaga dan diperjuangkan.
Menjadi Bhayangkara bukan soal seragam, melainkan soal keberanian untuk berdiri, mengabdi, dan menjaga nama baik institusi sampai akhir hayat.