Waktu terus berjalan, tak pernah menoleh ke belakang. Ia melaju perlahan namun pasti, meninggalkan jejak-jejak kehidupan yang tak bisa diulang.
Dalam lintasan waktu itu, manusia menjalani peran demi peran, berpindah dari satu panggung kehidupan ke panggung berikutnya.
Dan ketika masa muda mulai meredup, yang tersisa hanyalah kenangan fragmen memori yang menyimpan makna dari setiap langkah yang pernah dilalui.
Di tengah riuh rendah pasar tradisional Bali, tampak sosok perempuan bersahaja. Ia duduk tenang di balik meja dagangannya, melayani pembeli dengan senyum lembut dan tangan cekatan.
Tak banyak yang tahu, di balik kesederhanaan itu tersimpan kisah masa lalu yang penuh pesona.
Baca juga:
🔗 Di Antara Bakul dan Budaya: Potret Perempuan Bali
Di dinding kiosnya tergantung sebuah foto tua, menjadi saksi bisu perjalanan waktu potret seorang gadis muda nan anggun dalam balutan busana tari Bali.
Jemari nya lentik, gerak tubuhnya luwes, dan sorot matanya memancarkan semangat yang menyala.
Dahulu, ia adalah seorang penari. Penjaga taksu, penghantar makna dari satu panggung ke panggung lainnya, dari upacara sakral hingga pertunjukan budaya. Gerak tubuhnya adalah bahasa tradisi, suaranya adalah nyanyian jiwa Bali.
Namun waktu tak bisa dihentikan. Usia perlahan bertambah. Kaki yang dahulu lincah menari, kini lebih sering berdiri tegak melayani pembeli.Panggung telah berganti, namun jiwanya tak pernah berhenti menari.
Kini, ia menjual bumbu dapur, sayur-mayur, dan kebutuhan harian kepada orang-orang yang mungkin tak pernah tahu bahwa tangan yang kini menimbang cabai, dulu pernah menyampaikan pesan sakral melalui tarian.
Baca juga:
🔗 Waktu yang Menari di Balik Etalase
Jam di dinding kios berdetak pelan, seolah mengingatkan bahwa hidup terus bergerak. Namun foto-foto yang tergantung di sekitarnya menjadi penanda bahwa kenangan tak pernah benar-benar pergi.
Ia menyimpannya bukan untuk berbangga diri, melainkan sebagai penghormatan atas perjalanan hidup yang panjang dan bermakna.
Kini, ia tidak lagi di bawah lampu panggung, melainkan cahaya pagi menerpa kios kecilnya.
Dalam setiap pelayanan dan tutur kata ramah, terselip kelembutan, kekuatan, serta keteguhan seindah tari masa mudanya.
Kisah perempuan ini adalah cermin kehidupan tentang bagaimana seseorang dapat berganti peran tanpa kehilangan jati dirinya.
Sebab sejatinya, ia tak pernah berhenti menari. Ia hanya berpindah panggung dari panggung seni ke panggung kehidupan.